TEMPO.CO, Jakarta - Pilot pesawat Malaysia Airlines yang hilang secara misterius dua tahun lalu memiliki simulator penerbangan ke Samudera Hindia, dimana pesawat itu diyakini telah jatuh. Pernyataan itu disampaikan Menteri Transportasi Malaysia Liow Tiong Lai pada Kamis, 4 Agustus 2016.
Pengumuman itu untuk pertama kalinya pemerintah Malaysia mengakui simulator penerbangan yang ditemukan di rumah Kapten Zaharie Ahmad Shah, berisi rute yang jauh dari rute manapun yang diterbangkan maskapainya.
Meski begitu keberadaan simulator itu tidak serta merta membuktikan bahwa pilot pesawat Malaysia Airlines MH370 dengan sengaja menjatuhkannya ke laut. Rute penerbangan yang dipetakan Kapten Zaharie Ahmad Shah ke Samudera Hindia hanya merupakan salah satu dari "ribuan" sandi simulator penerbangan di rumahnya.
"Sampai saat ini, teori ini masih dalam penyelidikan. Tidak ada bukti yang menegaskan bahwa Kapten Zaharie dengan sengaja menerbangkan pesawat ke Samudera Hindia. Ya, dia memiliki simulator untuk rute penerbangan itu, tapi itu adalah salah satu dari ribuan simulasi ke banyak tempat di dunia," kata Tiong Lai, seperti yang dilansir New York Times pada 5 Agustus 2016.
Pada kesempatan itu, Tiong Lai juga meminta semua pihak untuk tidak berspekulasi yang dapat mempengaruhi penyelidikan.
Berita terkait hasil investigasi terkait rute simulator penerbangan di rumah Zaharie telah dibahas sejak lama oleh media asing. Bahkan pemerintah Australia yang juga tergabung dalam tim pencarian pesawaat naas tersebut telah mengkonfirmasinya terlebh dahulu.
Bulan lalu, Majalah New York yang mengutip dokumen rahasia FBI menunjukkan Zaharie merancang simulasi rute sama dengan rute yang dilalui oleh MH370, hanya beberapa minggu sebelum pesawat itu dilaporkan hilang. Pengungkapan itu memanaskan kembali spekulasi bahwa tragedi misterius itu mungkin merupakan satu tindakan pembunuhan atau bunuh diri.
Pesawat jenis Boeing 777 tersebut menghilang pada Maret 2014 saat terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing dengan membawa 239 penumpang dan awak. Berdasarkan citra satelit, pesawat itu diyakaini jatuh di perairan terpencil Samudera Hindia bagian selatan.
Akhir bulan lalu pihak-pihak yang bergabung dalam pencarian yang telah menghabiskan dana sekitar 180 juta dolar Australia (Rp 1,7 triliun) melalui pencarian bawah laut di perairan seluas 120 ribu kilometer persegi, yakni Australia, Malaysia dan Cina memutuskan untuk menangguhkan sementara pencarian di Samudera Hindia. Ketiga negara menyebut, pencarian ini akan dilanjutkan jika muncul bukti baru yang kredibel.
USA TODAY|NY TIMES|MSTARS|YON DEMA