TEMPO.CO, Tokyo - Menteri Pertahanan Jepang Tomimi Inada memperingatkan Korea Utara dan Cina akan bahaya munculnya sengketa teritorial. Menurut Inada, Jepang bakal menggunakan kekuatan dalam sengketa teritorial. Hal ini diungkapkan Inada pada hari pertama menjabat sebagai menteri pertahanan.
Perdana Menteri Shinzo Abe menunjuk Tomomi Inada, orang kepercayaannya yang beraliran nasionalis, Rabu, 3 Agustus 2016, hanya beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan rudal kendali yang mendarat di perairan Jepang pertama kalinya.
"Korea Utara mengulangi tindakan provokatif seperti pengujian nuklir dan serangkaian peluncuran rudal balistik," kata Inada kepada pasukan, seperti dilansir Channel News Asia pada 5 Agustus 2016.
Pengangkatannya juga bersamaan dengan Jepang mengkritik Cina yang dituangkan dalam dokumen pertahanan tahunan awal pekan ini. Sikap agresif dalam sengketa teritorial bisa memicu konflik yang tidak diinginkan. "Cina dengan cepat aktif di perairan dan ruang udara di sekitarnya (Jepang) dan terus berusaha mengubah status quo melalui kekuatan," ujar Inada.
Komentar itu merupakan kritik Cina di Laut Cina Selatan yang tidak hanya diklaim Beijing, tapi juga beberapa negara Asia Tenggara. Jepang juga terlibat dalam sengketa teritorial atas pulau tak berpenghuni di Laut Cina Timur.
Inada, seorang anggota parlemen, sering berkunjung ke Tokyo Yasukuni yang oleh Cina dan Korea Selatan dipandang sebagai simbol kolonialisme dan militerisme Jepang pada abad ke-20. Pandangan menteri 57 tahun itu termasuk liberal. Dia ingin melakukan perubahan konstitusi Amerika Serikat sehingga Jepang punya hak untuk berperang.
Pada 2011, ia menulis bahwa Jepang—satu-satunya negara di dunia yang menderita akibat serangan bom atom—harus mendapat senjata nuklir. Inada menolak memberikan jawaban terkait dengan kemungkinan rencana mengunjungi Yasukuni pada 15 Agustus 2016. Ia mengatakan bahwa keputusan itu adalah "masalah hati".
Pada 2014, Inada dan Sanae Takaichi, yang ditahan oleh Abe sebagai menteri urusan internal, terlihat dalam foto-foto yang terpisah berdiri di samping pemimpin partai neo-Nazi Jepang. Juru bicara untuk kedua anggota parlemen mengakui keaslian foto-foto itu, yang telah diambil di kantor mereka selama beberapa tahun sebelumnya. Namun ia membantah keduanya berafiliasi politik.
Menurut jajak pendapat Kyodo News Agency yang diambil pekan ini, 43,0 persen responden menentang penunjukan Inada sebagai menteri pertahanan, sementara 32,1 persen mendukungnya.
CHANNEL NEWS ASIA | ARKHELAUS W.