TEMPO.CO, Damaskus - Satu rekaman video menggambarkan suasana luar biasa di sebuah permukiman penduduk di Manbij, Suriah. Dalam tayangan itu tampak kerumunan anak-anak dan wanita bergembira karena kelompok teroris ISIS berhasil diusir dari daerah tersebut.
Wanita-wanita itu meluapkan kegembiraan mereka dengan membakar burka mereka. ISIS saat berkuasa di tempat tinggal mereka mewajibkan semua wanita untuk mengenakan burka, pakaian yang menutup seluruh tubuhnya tersebut.
Seperti yang dilansir Daily Express pada 4 Agustus 2016, dalam video yang dirilis oleh kantor berita Suriah Kurdi, Anha, anak-anak tampak melompat kegirangan, sedangkan seorang wanita melepas burka hitam dan mengibarkannya ke udara. Dia kemudian meminta kepada kerumunan itu untuk membantu membakarnya.
Pasukan Suriah Demokratik (SDF), aliansi yang didukung Amerika Serikat, yang terdiri atas milisi YPG Kurdi dan sekutu Arabnya, berhasil mengusir ISIS keluar dari Manbij pada akhir pekan lalu, menyusul serangan yang terus digencarkan selama sebulan.
Manbij pertama kali dikuasai ISIS pada 2014. Wilayah tersebut menjadi titik strategis bagi kelompok beraliran Islam Sunni garis keras itu karena terletak di antara perbatasan Turki dan markas besar mereka, Raqqa. Sekitar 15 ribu penduduk melarikan diri dari Manbij setelah diduduki ISIS. Namun masih ada sekitar 5.000 penduduk yang bertahan di sana.
EXPRESS | AL-ARABIYAH | YON DEMA
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, terus menekan Amerika Serikat agar mengekstradisi ulama Fethullah Gulen untuk diadili di Turki dengan tuduhan terlibat dalam kudeta gagal pada Jumat, 15 Juli 2016.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Televisia, Selasa, 2 Agustus 2016, Erdogan mengatakan, otoritas AS meminta pemerintahannya melengkapi dokumen untuk mengekstradisi pria yang kini tinggal di Pennsylvania tersebut.
"Anda tuli, buta, dan tidak mengerti bahwa dia berada di belakang semua ini," ucap Erdogan. "Jika kami meminta ekstradisi seorang teroris, Anda seharusnya segera memenuhi permintaan itu," katanya.
Gulen tinggal di pengasingan AS sejak 1999 dan menolak tudingan terlibat dalam aksi makar 15 Juli 2016. Menurut Menteri Kehakiman Bekir Bozdag, otoritas Turki telah mengirimkan sebuah paket dokumen baru ke otoritas AS untuk mengekstradisi Gulen.
"Dalam memerangi terorisme, kita tidak boleh kehilangan waktu," ucap Erdogan.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dalam keterangannya kepada media pada 18 Juli 2016, mengatakan bahwa Turki harus menunjukkan bukti asli bukan sekadar tudingan terhadap ulama tersebut sebelum pemerintah AS setuju Gullen diekstradisi.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN