TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, terus menekan Amerika Serikat agar mengekstradisi ulama Fethullah Gulen untuk diadili di Turki dengan tuduhan terlibat dalam kudeta gagal pada Jumat, 15 Juli 2016.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Televisia, Selasa, 2 Agustus 2016, Erdogan mengatakan, otoritas AS meminta pemerintahannya melengkapi dokumen untuk mengekstradisi pria yang kini tinggal di Pennsylvania tersebut.
"Anda tuli, buta, dan tidak mengerti bahwa dia berada di belakang semua ini," ucap Erdogan. "Jika kami meminta ekstradisi seorang teroris, Anda seharusnya segera memenuhi permintaan itu," katanya.
Gulen tinggal di pengasingan AS sejak 1999 dan menolak tudingan terlibat dalam aksi makar 15 Juli 2016. Menurut Menteri Kehakiman Bekir Bozdag, otoritas Turki telah mengirimkan sebuah paket dokumen baru ke otoritas AS untuk mengekstradisi Gulen.
"Dalam memerangi terorisme, kita tidak boleh kehilangan waktu," ucap Erdogan.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dalam keterangannya kepada media pada 18 Juli 2016, mengatakan bahwa Turki harus menunjukkan bukti asli bukan sekadar tudingan terhadap ulama tersebut sebelum pemerintah AS setuju Gullen diekstradisi.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN