TEMPO.CO, London - Lebih dari 30 universitas bodong telah ditutup oleh pemerintah Inggris sejak setahun lalu, menyusul penjualan ijazah palsu yang dikhawatirkan semakin meningkat.
Menurut penelitian Higher Education Degree Datacheck (HEDD), organisasi yang memantau gelar universitas bodong di Inggris, teridentifikasi sedikitnya 62 lembaga palsu sejak 2015.
Baca Juga:
Sebanyak 32 dari universitas bodong ditutup oleh penegak hukum dan lembaga standar perdagangan. Namun pemerintah Inggris tidak dapat bertindak lebih lanjut terhadap sekitar 25 sekolah yang berbasis di luar negeri, sehingga tidak dapat dituntut.
HEDD mulai ditugaskan tahun lalu untuk mengurangi jumlah lembaga pendidikan tinggi yang tidak kompeten dan bahkan bodong setelah situs web di Cina secara terang-terangan menjual ijazah dari puluhan universitas di Inggris seharga 500 pound sterling (Rp 8,8 juta).
"Kami telah membuat kemajuan luar biasa selama setahun terakhir, menutup beberapa universitas palsu melalui kerja sama dengan lembaga penegak hukum dan membuat aliansi di luar negeri," kata Rowly, seperti yang dilansir Telegraph pada 2 Agustus 2016.
Menurut Rowley, sejak 2011, 220 universitas bodong diidentifikasi dan 80 persen di antaranya tidak aktif lagi. Satu pemicu munculnya universitas bodong yang semakin parah, menurut Rowley, adalah masifnya program atau kursus online bergelar akademik.
"Diawali oleh Internet dan belajar jarak jauh, gelar akademik bodong menjadi kejahatan tanpa batas, sehingga kami harus berkolaborasi dengan badan-badan di seluruh dunia untuk hal ini," ujarnya seperti dikutip dari Guardian.
TELEGRAPH | GUARDIAN | YON DEMA