TEMPO.CO, Ankara/Istanbul - Pemerintah Turki, Sabtu waktu setempat, membebaskan 758 tentara yang sebelumnya ditahan setelah kudeta gagal dua pekan lalu. Sedangkan Presiden Recep Tayyip Erdogan mencabut gugatan hukum kepada mereka yang menghinanya, yang dianggap sebagai pesan "kesatuan".
Lebih dari 60 ribu orang ditahan, dipecat, atau dinonaktifkan dari jabatan mereka karena diduga memiliki kaitan dengan kudeta gagal, ketika sekelompok personel militer membajak tank, helikopter, dan jet tempur untuk menggulingkan pemerintah Erdogan.
Barat mengecam kudeta gagal yang disebut Erdogan menewaskan 237 orang dan melukai sekitar 2.100 orang itu. Namun Barat berbalik kritis setelah Erdogan melakukan pembersihan, khususnya kepada pendukung ulama terkenal Turki yang tinggal di Amerika Serikat, Fethullah Gulen, yang dituding Erdogan sebagai dalang kudeta 15-16 Juli. Gulen membantah tudingan ini.
Kantor berita Anadolu melaporkan 758 tentara dibebaskan atas rekomendasi para jaksa setelah mereka memberikan kesaksian. Hakim sepakat bahwa penahanan terhadap mereka tidak perlu. Namun 231 tentara lainnya tetap ditahan.
Militer Turki sendiri yang merupakan kedua terbesar di NATO merombak strukturnya dengan menaikkan pangkat 99 kolonel menjadi jenderal atau laksamana, menyusul pemecatan 1.700 anggota militer tersangkut kudeta. Sekitar 40 persen jenderal dan laksamana telah dinonaktifkan sejak kudeta itu.
Militer Turki tengah menghadapi ISIS dan pemberontak Kurdi. Kurdi sendiri menyatakan peluang pemerintah Turki untuk menghidupkan proses perdamaian dengan pemberontak Kurdi telah hilang ketika Erdogan memakai sentimen nasionalis untuk mengkonsolidasikan dukungan.
Secara mengejutkan, Erdogan menyatakan telah membatalkan dakwaan kepada sejumlah orang yang menghinanya sebagai pesan rekonsiliasi kepada bangsanya. Dia menyatakan keputusan itu didorong oleh perasaan kesatuan dalam melawan kudeta gagal.
Langkah ini juga disebutkan untuk meredam kritik Barat. Para jaksa telah mengajukan 1.800 gugatan kepada orang-orang yang menghina Erdogan, antara lain wartawan, kartunis, dan anak-anak, sejak Erdogan menjadi presiden pada 2014.
Tidak dijelaskan apakah Erdogan juga akan menarik gugatan kepada komedian Jerman, Jan Boehmermann, yang belum lama ini menyebut Erdogan senang melihat pornografi anak. Demikian dilansir Reuters.
ANTARANEWS