TEMPO.CO, Philadelphia - Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama mengambil peran dalam pemilihan Presiden Amerika, sebagai salah satu model positif untuk anak-anak, sebagai “alat penyerang” bagi Donald Trump.
Dalam pidatonya pada malam pembukaan Konvensi Nasional Partai Demokrat, Michelle tak pernah menyebutkan nama Trump secara eksplisit, tapi dia memanfaatkan popularitasnya serta membuat langkah langka, yaitu terjun ke politik partisan dan mengetuk calon dari Partai Republik.
Michelle pun mengutuk apa yang ia sebut sebagai “bahasa penuh kebencian yang kita dengar dari tokoh masyarakat di TV” dengan mengatakan motonya adalah, ketika mereka pergi rendah, kami pergi tinggi.
Mengenai slogan kampanye Donald Trump yang berbunyi “Make America Great Again”, Michelle menyatakan ia membesarkan anak-anaknya di Gedung Putih, yang dibangun para budak. “Jangan biarkan orang lain mengatakan Amerika tidak besar. Sekarang ini Amerika adalah negara terbesar di dunia.”
Michelle menuturkan cara ia melihat putrinya tumbuh di Gedung Putih dan mengatakan ia ingat melihat mereka pergi ke sekolah untuk pertama kalinya. Pada saat itu, dia menyadari waktunya di Gedung Putih akan membentuk anak-anaknya akan menjadi apa kelak. “Bagaimana kami mengatur pengalaman ini benar-benar bisa membuat mereka berhasil atau menghancurkan mereka,” ujarnya.
Dia menambahkan, pemilu adalah tentang siapa yang akan memiliki kekuatan membentuk anak-anak di Amerika untuk empat atau delapan tahun ke depan. “Saya percaya hanya ada satu orang dengan tanggung jawab dan benar-benar memenuhi syarat menjadi Presiden Amerika Serikat dan itu adalah teman kita, Hillary Clinton,” ujar Michelle, disambut tepuk tangan membahana para hadirin.
Michelle mengatakan kepada penonton yang terpukau bahwa mereka selalu kuat bersama-sama dan dia menginginkan seorang presiden yang mengajari anak-anak bahwa setiap orang berarti di negara itu. “Saya tahu seperti itulah Hillary Clinton akan menjadi sebagai presiden dan itu sebabnya saya bersama dia.”
Lebih lanjut Michelle mengatakan karena Hillary Clinton-lah putrinya, dan semua anak-anak di Amerika Serikat bisa menerima perempuan menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia juga menyebut Hillary sebagai seorang pemimpin yang setiap hari akan membimbing dengan cinta dan harapan. “Serta impian besar mustahil yang kita semua miliki untuk anak-anak kita.”
CNN | DIKO OKTARA