TEMPO.CO, Rio de Jeneiro - Hakim yang menangani penyelidikan kasus penangkapan tersangka teroris di Brasil pekan lalu, mengatakan bahwa tim investigator telah bekerja sama dengan perusahaan Facebook dan Twitter untuk mendapatkan informasi tambahan.
Kerjasama tersebut dilakukan guna mengetahui gerak-gerik dari 12 orang yang ditahan dalam kasus teroris di Brasil pekan lalu, melalui percakapan mereka menggunakan dua media sosial yang berpusat di Amerika Serikat.
Dalam sebuah wawancara pada hari Minggu , 24 Juli 2016, dengan Fantastico, program berita mingguan di jaringan televisi Globo, Hakim Marcos Josegrei da Silva mengatakan kerja sama dengan Facebook dan Twiiter untuk mengetahui sifat dari diskusi yang dilakukan oleh tersangka.
"Perusahaan-perusahaan raksasa media sosial tersebut mulai memberikan data yang terkait dengan isi percakapan dan data terkait tersangka," kata hakim, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Sebelumnya dilaporkan bahwa mereka yang ditangkap tidak ada kaitannya dengan kelompok teroris ISIS. Namun tersangka pernah melakukan kontak dengan kelompok teroris yang berbasis di Raqqa, Suriah.
Juru bicara Facebook dan Twitter menolak untuk mengomentari lebih detail terkait kasus ini. Juru bicara masing-masing perusahaan mengatakan mereka tidak memiliki toleransi untuk kegiatan yang berkaitan dengan terorisme dan kejahatan lainnya. Mereka akan selalu siap bekerja sama dengan pihak penegak hukum bila diperlukan.
Para tersangka ditangkap di 10 lokasi berbeda di Brasil. Semua anggota yang ditangkap merupakan warga Brasil dan mereka disebutkan biasa berkomunikasi via layanan pesan umum seperti WhatsApp.
Penyelidikan awal menyebutkan bahwa anggota kelompok ini telah mencoba mengontak penyedia senjata di negara tetangga mereka, Paraguay. Mereka mencoba memesan senjata jenis AK 47.
Akibat hal ini, rapat pertemuan darurat di kabinet pemerintahan pun digelar. Mereka ingin memastikan pagelaran Olimpiade 2016 pada 5 Agustus hingga 21 Agustus mendatang bisa berjalan dengan aman.
Brasil tak mau ambil resiko dalam pengamanan perhelatan akbar ini. Lebih dari 80 ribu polisi dan tentara disiapkan untuk mengamankan perlombaan olahraga tingkat dunia tersebut. Pemerintah setempat juga telah menggelontorkan dana sebesar US$24 juta untuk memperkuat pengamanan.
CHANNEL NEWS ASIA|REUTERS|YON DEMA