TEMPO.CO, Istanbul - Sedikitnya 14 unit kapal Angkatan Laut Turki dinyatakan hilang pada Senin malam, 18 Juli 2016, seiring komandannya diduga sebagai komplotan kudeta. Komandan Angkatan Laut Turki Laksamana Veysel Kosele diduga termasuk dalam kelompok pasukan pertahanan Turki yang melakukan upaya kudeta pada 15-16 Juli di Istanbul dan Ankara.
Seperti dilansir IB Times pada 18 Juli, tidak jelas apakah Kosele adalah kaki-tangan dari para konspirator yang memimpin upaya kudeta. Namun laporan media lokal menyebutkan kepala angkatan laut tersebut ditipu oleh komplotan kudeta yang dikabarkan membawanya ke sebuah kapal perang dan mengatakan ada serangan teroris.
Sedikitnya 14 kapal angkatan laut yang hilang dilaporkan dalam kondisi aktif bertugas pada hari kudeta yang gagal itu. Kapal-kapal tersebut dilaporkan berlayar di Laut Aegea atau Laut Hitam dan belum kembali ke pelabuhan.
Kecurigaan bahwa kapal ini bisa menjadi bagian dari konspirasi kudeta didasarkan pada fakta setiap awak kapal belum mencoba melakukan kontak dengan kantor pusat angkatan laut atau berusaha melaporkan kembali ke pelabuhan. Kapal-kapal ini diduga menuju pelabuhan Yunani menurut hasil pelacakan satelit.
Sebelumnya, sekitar delapan perwira militer Turki dilaporkan mencari suaka di Yunani setelah melarikan diri ke negara itu, menyusul pasukan pro-pemerintah yang gencar menangkap komplotan pro-kudeta. Ribuan personel pertahanan dan pemimpin mereka telah ditahan dan dipecat setelah kudeta dinyatakan gagal oleh pemerintah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa komplotan kudeta mencoba membunuhnya di resor di barat daya Turki. Dua pengawalnya tewas dalam serangan itu.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan pemerintah percaya ada sel-sel tidur yang mungkin mencoba membajak helikopter atau terlibat dalam tindak kekerasan lainnya terhadap demonstran.
Sebelumnya dilaporkan sedikitnya 42 helikopter militer Turki hilang setelah upaya kudeta gagal. Laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan ada upaya lain untuk menggulingkan Presiden Erdogan.
IB TIMES | YON DEMA