TEMPO.CO, Phnom Penh - Dampak kudeta berdarah di Turki dirasakan warga Kamboja. Penyebabnya, Turki meminta Kamboja menutup sekolah dan universitas yang didirikan Fethullah Gulen di Kamboja.
Duta Besar Turki untuk Kamboja, Ilhan Khemal Tug meminta pemerintah Kamboja untuk bertindak dengan menutup sekolah dan universitas yang bekerja sama dengan Gulen, yakni Zaman Internasional School dan Zaman University di Phnom Penh, ibukota Kamboja.
Tug beralasan Gulen dan semua hal yang berkaitan dengan ulama dan pengusaha asal Turki itu telah dinyatakan sebagai organisasi teroris sejak tahun 2013. Turki mencap Gulen sebagai teroris sejak hubungan Gulen dan Presiden Recep Tayyib Erdogan memburuk tahun 2013.
Zaman International School telah beroperasi di Kamboja mendekati 20 tahun lamanya. Pendiri sekolah ini bernama Atilla Yusef Guleker, mantan jurnalis di Turki dan anggota gerakan Gulen.
Menanggapi permintaan Turki itu, pemimpin perusahaan Zaman yang menjalankan sekolah-sekolah itu di Kamboja, Ejder Kilic mengatakan hubungan yang terjadi antara sekolah dengan Gulen hanyalah bersifat spiritual.
"Tak pernah ada jaringan resmi,seperti kepemilikan atau keterlibatan dalam administrasi sekolah, dia tidak pernah terlibat dalam segala hal seperti proses membuat keputusan dalam membentuk dan menjalankan sekolah-sekolah," kata Kilic seperti dikutip dari PhnomPenhpost, Selasa, 19 Juli 2016.
Sekolah Zaman, Kilic melanjutkan, mendapat lisensi dari Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olah raga. Sekolah dijalankan oleh perusahaan Zaman yang juga terdaftar di Kementerian Perdagangan. Sekolah ini secara teratur diawasi, membayar pajak dan dijalankan oleh Dewan Sekolah.
Juru bicara Kementerian Perdagangan, Seung Sophari, menjelaskan, Turki memang telah mengingatkan mereka mengenai keberadaan sekolah dan kampus itu sebelumnya.
"Kedutaan Turki mengingatkan kami satu kali sebelum sekolah itu terlibat bersama masyarakat untuk menuntut pemerintah dijatuhkan," kata Sophari. Namun, Kamboja belum mengambil langkah apapun karena Hun Sen masih di luar negeri.
Di situs kantor Perdana Menteri Hun Sen, ditemukan penjelasan bahwa Perdana Menteri menyetujui pemberian izin pendirian Universitas Zaman tahun 2010. Wakil Perdana Menteri SOk An menyatakan keberadaan sekolah ini akan meningkatkan hubungan bilateral antara Turki dan Kamboja.
Sejumlah pejabat tinggi pemerintah Turki, kata Kilic, bahkan ikut hadir dalam acara inagurasi universitas Zaman termasuk Wakil Perdana Menteri Turki Bulent Arinc hadir di acara itu. "Pejabat-pejabat ini masih menjabat di pemerintahan Turki," kata Killic.
PHNOM PENH POST | MARIA RITA