TEMPO.CO, Jakarta - Penulis buku Militer dan Politik di Turki, Alfan Alfian, menyatakan kudeta yang terjadi di Turki kali ini mirip sebuah eksperimen dari militer. Hal tersebut ditunjukkan dengan turunnya para tentara ke jalan sambil menenteng senjata.
Direktur Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional ini menuturkan pola kudeta ini mirip dengan kudeta yang terjadi pada 1960 dan 1980. "Militer ingin menguji, apakah publik mendukung atau tidak," ujar Alfan dalam diskusi Kudeta Militer Turki, di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 16 Juli 2016.
Uji coba ini penting karena pada 2007, kata Alfan, militer Turki efektif mampu menggerakkan massa sekuler untuk menolak pencalonan Abdullah Gul sebagai presiden. Saat itu, Gul dicalonkan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti).
Pada 1960, upaya militer didukung oleh masyarakat. "Ini kudeta pertama Turki," ucap Alfan. Sedangkan 1980 menjadi tahun dengan peristiwa kudeta paling berdarah, sebab ada perlawanan dari rakyat.
Militer Turki mencoba mengkudeta pemerintahan Erdogan pada Jumat malam. Mereka memblokade jembatan dan mengambil alih stasiun televisi. Erdogan pun meminta warganya turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan bagi pemerintah dan menolak kudeta.
Erdogan menyebutkan kudeta dilakukan oleh kelompok minoritas militer Turki. "Aku tidak pernah mengakui kekuatan itu sebagai keinginan rakyat," kata Erdogan.
Kudeta tersebut tidak berlangsung lama. Perdana Menteri Turki Binali Yildrim mengklaim, Sabtu dinihari keadaan sudah berada di bawah kontrol pemerintah.
AHMAD FAIZ | AMIRULLAH