TEMPO.CO, Karakas - Puluhan ribu warga Venezuela melewati perbatasan guna menyeberang ke negara tetangga, Kolombia, untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar rumah tangga. Warga yang kelaparan akibat kekurangan bahan makanan dan beberapa bahan pokok lain tersebut memanfaatkan pembukaan singkat perbatasan yang telah ditutup selama hampir satu tahun.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menutup perbatasan pada Agustus 2015, menyusul penyelundupan dan penetrasi oleh pejuang Kolombia. Minggu, 10 Juli 2016, Maduro membuka perbatasan tersebut selama 12 jam dari jembatan penyeberangan yang menghubungkan Tachira, di Venezuela, dengan Cucuta, di Kolombia, untuk pertama kalinya dalam 11 bulan.
Victor Bautista, direktur otoritas perbatasan Kolombia, mengatakan diperkirakan 35 ribu warga Venezuela tiba di Cucuta.
Venezuela telah terperosok ke dalam krisis ekonomi yang parah sehingga menyebabkan kosongnya rak-rak toko dan kurangnya obat-obatan. Kemerosotan harga minyak mengakibatkan kesengsaraan bagi sekitar 30 juta penduduk negara anggota produsen minyak (OPEC) tersebut. Kritik juga menyalahkan kesalahan penanganan urusan ekonomi negara oleh pemerintah.
Maduro, yang terpilih sebagai presiden pada 2013, setelah kematian Presiden Hugo Chavez, menegaskan bahwa dia adalah korban "perang ekonomi" yang dipimpin bisnis yang didukung Amerika Serikat.
Menyusul terperosoknya perekonomian, masyarakat Venezuela kemudian turun ke jalan untuk berunjuk rasa menuntut penyediaan bahan makanan. Tidak jarang aksi tersebut berujung bentrokan dengan pihak berwenang di beberapa kota dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan terjadi penjarahan di beberapa toko makanan yang sering menelan korban jiwa.
Pekan lalu, sekitar 500 warga Venezuela mencari makanan dengan menerobos perbatasan Negara Bagian Tachira dengan negara tetangga Kolombia secara ilegal. Mereka mengatakan keluarga mereka kelaparan karena kelangkaan pangan yang parah di Venezuela.
Oposisi Venezuela meluncurkan upaya menurunkan Maduro, termasuk tawaran untuk referendum, setelah memenangi pemilihan parlemen pada Januari lalu. Tapi Maduro berhasil meredamnya melalui keputusan Mahkamah Agung.
ALJAZEERA | YON DEMA