TEMPO.CO, Fermo - Pengungsi yang menyelamatkan diri dari milisi Boko Haram di Nigeria, Emmanuel Chidi Namdi (36) diserang oleh seorang tak dikenal di sebuah kota kecil di Italia. Namdi, warga Nigeria, mendapatkan luka-luka di tubuhnya karena telah melindungi istrinya, Chimiary yang disiksa akibat perbedaan ras.
Seperti dilansir theguardian.com, pelaku diketahui bernama Amedeo Mancini (35). Mancini menyatakan bahwa dirinya adalah seorang “ultra”, fans sepak bola ekstrimis.
Menurut pemberitaan media Italia, Mancini diduga melontarkan kata “monyet” kepada wanita berusia 24 tahun itu. Namdi pun berusaha untuk melindungi istrinya. Namun, ia koma dan dinyatakan meninggal pada Rabu, 6 Juli 2016.
“Kenapa kamu meninggalkan aku di dunia yang jahat ini?” seru Chimiary kepada almarhum suaminya itu.
Akan tetapi, berdasarkan kesaksian teman-temannya, Mancini menyerang kembali karena Namdi memberikan serangan terlebih dahulu kepadanya usai Chimiary dihina dan diseret. Saksi lainnya menyatakan, Namdi dipukul dan ditendang. Namun, ia tidak memberi serangan pertama.
Pengacara Mancini, Francesco De Minicis, mengatakan kepada kantor berita Ansa bahwa kliennya tidak bermaksud membunuh Namdi.
“Amedeo Mancini telah hancur dengan rasa kesakitan. Dia tidak mau untuk membunuh dan mengekspresikan kedekatannya dengan mereka yang menangis untuk Emmanuel. Klien saya tidak menduga bahwa meninju migran tersebut akan berdampak seperti itu. Yang dilakukannya adalah untuk pertahanan,” kata De Minicis.
Pembunuhan tersebut mengagetkan Italia dan telah memicu beberapa tokoh senior pemerintah untuk angkat suara melawan kriminalitas. Pada Kamis, Perdana Menteri Italia Matteo Renzi merespons insiden tersebut dalam cuitannya di Twitter.
“Hari ini pemerintah di Fermo bersama dengan Father Vinicio dan institusi lokal berduka karena Emmanuel. Lawan kebencian, rasisme, dan kekerasan,” tulisnya.
Selain itu, Menteri Dalam Negeri Angelino Alfano juga diminta mengunjungi Fermo untuk membahas permasalahan ketertiban umum dan keamanan.
Sebelumnya, Namdi dan Chimiary mendatangi kota paroki Fermo untuk mencari tempat pengungsian baru. Mereka diyakini telah melarikan diri dari kelompok teroris Boko Haram.
Father Vinicio Albanesi yang menjamu pasangan tersebut mengatakan mereka telah kehilangan anak perempuan berusia dua tahun. Dalam perjalanannya menuju Italia, Chimiary pun keguguran.
Sebenarnya, banyak pengungsi dan imigran lainnya yang mendatangi Italia. Paus Fransiskus pun mendorong paroki agar menyediakan tempat bagi para pendatang. Alfano menegaskan, Italia menyambut baik para pengungsi dan imigran. “Italia tidak diwakili oleh Amedeo Mancini,” katanya.
Tahun ini, lebih dari 70 ribu pengungsi dan imigran Nigeria tinggal di Italia. Warga kelompok ini memiliki populasi terbanyak kedua yang menetap di Italia setelah Eritreans.
THE GUARDIAN | LANI DIANA