TEMPO.CO, London - Keluarga dari tentara Inggris yang meninggal dunia di Irak, menyerukan agar mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair diadili dengan tuduhan kejahatan perang. Seruan tersebut muncul menyusul publikasi Chilcot Report 6 Juli 2016 yang mengungkapkan fakta sebenarnya tentang keikutsertaan Inggris pada perang Irak.
Puluhan anggota keluarga dari 179 tentara Inggris yang meninggal dunia di Irak begitu emosional ketika Sir John Chilcot mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan hasil investigasi di balik perang yang berlangsung pada 2003 tersebut.
Beberapa orang memegang foto dari tentara Inggris yang menjadi korban, tidak bisa menahan rasa amarahnya pada Blair. Mereka mengatakan bahwa anggota keluarga mereka telah mati sia-sia di Irak, dan menyerukan agar Blair diadili.
Seorang pria yang kakaknya meninggal dunia bersama sembilan orang lainnya ketika pesawat militer mereka ditembak jatuh di dekat Baghdad pada 2005, berusaha menahan air mata saat ia mengutuk perilaku Blair dan kegagalannya.
"Ada satu teroris yang perlu diwaspadai dunia, namanya Tony Blair, teroris terburuk di dunia," kata Sarah, seperti yang dilansir Daily Mail pada 7 Juli 2016. Yang lain menambahkan bahwa Blair akan dikenang bukan sebagai Perdana Menteri Inggris melainkan sebagai orang yang mengirim pemuda Inggris ke sebuah perang ilegal.
Secara bersama-sama, mereka sedang mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap Blair. Dia dianggap menyesatkan Parlemen untuk membenarkan invasi Inggris ke Irak. Pengacara yang mewakili kelurga tentara Inggris yang tewas tersebut, Matthew Juri, mengatakan bahwa kelompok tersebut akan mempertimbangkan semua pilihan hukum setelah melakukan telaah forensik terkait temuan Chilcot dalam beberapa minggu mendatang.
Seruan untuk membawa kasus tersebnut ke ranah hukum mendapat dukungan dari politisi Partai Buruh Paul Flynn. "Saya pikir harus ada pertimbangan serius agar Blair dituntut untuk ini," katanya.
Sebelumnya pada 6 Juli 2016, Chilcot mengungkap fakta yang mengejutkan tentang keputusan Blair pada 2003 untuk mengirim pasukan ke Irak. Dia menjelaskan, perang di Irak yang terjadi pada 2003 lalu merupakan sebuah intervensi. Hingga saat ini, dampak perang tersebut tetap terasa, bahkan kondisi keamanan di sana terus memburuk.
DAILY MAIL|YON DEMA