TEMPO.CO, Damaskus - Menyambut Hari Raya Idul Fitri, militer Suriah mengumumkan gencatan senjata selama 72 jam atau tiga hari mulai Rabu, 6 Juli 2016.
Dalam pernyataan resminya tentara pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad itu menyatakan 'suasana rezim yang tenang' akan dilaksanakan di seluruh wilayah Suriah mulai pukul 01.00 (Selasa, 5 Juli 2016 pukul 22.00 GMT) hingga Jumat tengah malam.
Pengumuman tersebut merupakan pertama kalinya pemerintah Assad menyatakan gencatan senjata untuk seluruh negara. Belum jelas apakah kelompok-kelompok militan, seperti kelompok Negara Islam Irak Suriah (ISIS), Front Nusra dan al-Qaeda dikecualikan dari gencatan senjata.
Juga tidak ada indikasi apakah seruan itu juga disepakati kelompok-kelompok tersebut. Karenanya tidak ada jaminan apakah mereka juga bakal menghentikan serangan.
Gencatan senjata terakhir di Suriah, pernah dilakukan sebelumnya oleh arahan Amerika Serikat dan Rusia pada 27 Februari dengan pengecualian ISIS, sempalan Al-Qaeda di Suriah serta Front Nusra.
Selama berminggu-minggu, efek gencatan senjata tersebut telah mengurangi kekerasan di banyak wilayah, kecuali di tempat-tempat yang dikuasai kelompok militan. Gencatan senjata berakhir seiring dengan serangan pemerintah di provinsi utara Aleppo, di mana terdapat benteng pertahanan kelompok oposisi bersenjata yang juga bekerja sama dengan Front Nusra.
Kekerasan yang telah berlangsung hampir selama lima tahun telah meninggalkan kehancuran dan kesengsaraan bagi masyarakat Suriah. Puluhan ribu nyawa melayang dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi ke luar negeri.
Sebelumnya, Presiden Suriah Bashar al-Assad tampak menghadiri salat Eid di kota Homs pada Rabu, 6 Juli 2016. Dahulu sebagian besar kota ini dikontrol oleh pasukan pemberontak.
BBC | CHANNEL NEWS ASIA| DAILY MAIL | YON DEMA | LANI DIANA | NATALIA SANTI