TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Sekitar 100 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Malaysia mudik ke kampung halamannya untuk merayakan Idul Fitri. Sebagian besar di antaranya menggunakan jalur transportasi laut.
Namun, menurut Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, jumlah TKI yang mudik lewat jalur laut menurun sekitar 10 persen pada 2016 dibandingkan 2015, yang mencapai 73 ribu orang.
"Di pihak lain, TKI yang memanfaatkan bandara untuk mudik meningkat 10 persen menjadi 27 ribu orang," tulis KBRI Kuala Lumpur dalam rilis yang diterima Tempo, Selasa, 5 Juli 2016.
Untuk memantau kesiapan petugas menghadapi arus mudik TKI, Duta Besar RI untuk Malaysia, Herman Prayitno, mengunjungi Pelabuhan Tawau pada 22-24 Juni dan Pelabuhan Hutan Melintang pada 27-28 Juni.
Dari pelabuhan Tawau, kapal-kapal diberangkatkan dengan tujuan Nunukan dan Tarakan. Sedangkan dari Pelabuhan Hutan Melintang, kapal berlayar menuju Tanjung Balai dan Asahan.
Dubes Herman memeriksa peralatan pelayaran, jaket pelindung (life jacket), dan penyejuk ruangan. Saat bertemu dengan pemudik, Dubes Herman menyampaikan pesan kepada WNI untuk kembali dengan dokumen keimigrasian yang sah. Sejumlah TKI yang ditanyai Dubes Herman rata-rata bekerja di bidang konstruksi, ladang, garmen, dan pekerja rumah tangga.
Setiap tahun, puluhan ribu WNI yang bekerja dan menetap di Malaysia pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri. Selain dubes, sejumlah staf KBRI turun ke berbagai tempat untuk meninjau kesiapan petugas.
Sejumlah pelabuhan yang dipantau antara lain Hutan Melintang, Port Dickson, Melaka, Klang, Kukup, Stulang Laut, Tawau, dan Pasir Gudang. KBRI juga meninjau terminal bus di Kuching dan angkutan udara di Bandara KLIA dan KLIA2.
NATALIA SANTI