TEMPO.CO, Canberra - Hasil pemilu Australia nyaris imbang. Rakyat Australia berpotensi memiliki parlemen mengambang atau pemerintahan minoritas.
Hingga Minggu, 3 Juli 2016, dengan hampir 10 juta suara telah dihitung, data resmi pemilu bagi Dewan Perwakilan Rakyat menunjukkan 3,2 persen suara beralih dari koalisi pemerintah pimpinan Partai Liberal.
Suara tersebut berpindah ke oposisi Partai Buruh dan kelompok-kelompok independen. Hasil itu menjadi tamparan bagi pemerintah Perdana Menteri Malcom Turnbull, yang memutuskan mempercepat pemilu setelah agenda ekonominya dua kali diganjal Senat pada April lalu.
Meski hasil resmi baru akan diumumkan Senin, 4 Juli, pemimpin oposisi Partai Buruh, Bill Shorten, mendeklarasikan "Satu hal yang pasti, Partai Buruh telah kembali."
Perkiraan resmi yang dikeluarkan pada Minggu pagi menyebutkan koalisi berkuasa diproyeksikan mendapat 68 kursi di DPR, melawan 72 kursi yang diperoleh Partai Buruh, lima untuk kelompok independen dan Partai Hijau.
Kepada loyalis partai di Sydney, Turnbull mengaku tetap yakin bakal mempertahankan pemerintahan mayoritas koalisi, meski spekulasi soal masa depan dia terus berkembang.
"Berdasarkan saran dari pejabat partai, kita punya keyakinan bahwa kita akan membentuk pemerintahan mayoritas dalam parlemen," kata Turnbull.
Saat pertama kali terpilih, Turnbull sangat populer dalam jajak pendapat. Tapi popularitas itu kian turun, saat dia tampak berkompromi dalam isu perubahan iklim dan pernikahan sesama jenis.
Pemilihan 76 kursi Senat juga menjadi masalah bagi koalisi, kelompok independen Nick Xenophon tampak bakal meraup sejumlah kursi. Pauline Hanson dari partai One Nation juga memenangi beberapa posisi Senat, mengembalikan para politisi kanan jauh ke parlemen setelah hampir 20 tahun absen.
Xenophon, yang partainya meraih kursi DPR untuk pertama kali, telah bersumpah memblokir agenda pemotongan pajak korporat yang diusung koalisi jika menang di kursi Senat.
REUTERS | ASSOCIATED PRESS | NATALIA SANTI