TEMPO.CO, Canberra - Masyarakat Australia akan mengikuti pesta demokrasi guna memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di Parlemen (DPR) dan Senat (DPD) hari Sabtu, 2 Juli 2016.
Selain anggota Parlemen dan Senat, pemilu tersebut juga akan menentukan siapa yang akan menjadi Perdana Menteri selanjutnya. Dalam UU Pemilu Australia, ketua partai pemenang, secara otomatis akan menjadi Perdana Menteri.
Di Australia, pemilu diikuti oleh partai-partai yang tercatat dan diakui oleh Komisi Pemilu Australia (AEC). Setiap partai berhak mengajukan calon anggota legislatif, masing-masing satu orang di setiap daerah pemilihan.
Pada Pemilu 2016, terdapat 57 partai yang terdaftar di AEC, dan empat di antaranya adalah partai-partai yang cukup kuat massa pendukungnya, yakni Partai Buruh Australia (ALP), Partai Liberal Australia, Partai Nasional Australia, dan Partai Hijau.
Pemilu besok, merupakan pemilu dini setelah dimajukan dari tanggal yang telah ditetapkan sebelumnya. Perdana Menteri Malcolm Turnball memajukan pemilu setelah membubarkan DPR dan DPD.
Alasan pemajuan tanggal pemilu dikarenakan hasil poling yang menunjukkan partai Liberal pimpinan Turnball memiliki popularitas yang tinggi. Maka hal tersebut dimanfaatkan untuk mendapatkan kemenangan sehingga koalisi pimpinan Liberal dapat terus memegang kekuasaan.
Komisi Pemilihan Umum Australia atau Australian Electoral Commission (AEC) mencatat sekitar 15,5 juta orang akan menyumbangkan suaranya pada Pemilu Federal tersebut.
Hasil pemilu akan diumumkan secara resmi oleh AEC selambatnya 13 hari setelah pemilu digelar. Bila Partai Buruh yang berhasil menang, Bill Shorten akan menjadi perdana menteri baru Australia. Sebaliknya, bila Partai Liberal yang mendulang suara paling banyak, Malcolm Turnbull akan meneruskan masa jabatannya untuk 3 tahun ke depan.
9NEWSTHE AUSTRALIAN|ABC ONLINE|YON DEMA