TEMPO.CO, Manila - Rodrigo Duterte pada Kamis, 30 Juni 2016, secara resmi akan dilantik menjadi Presiden Filipina ke-16. Mantan wali kota yang dijuluki sebagai "The Punisher" itu segera menjalankan agenda populis serta menepati janjinya selama kampanye untuk menyingkirkan kejahatan dan korupsi.
Duterte, yang dengan mudah memenangi pemilu pada Mei lalu, akan melayani rakyatnya selama enam tahun ke depan. Sejumlah tugas penting sudah menantinya, seperti peningkatan ekonomi, korupsi, dan dialog damai dengan milisi muslim serta pemberontak komunis.
Berusia 71 tahun, Duterte menjadi orang tertua yang pernah menjabat Presiden Filipina, selain merupakan orang pertama dari pulau selatan Mindanao yang menjadi pemimpin tertinggi negara tersebut.
Pelantikan Duterte sebagai Presiden Filipina akan menjadi yang pertama di dunia yang disiarkan di Facebook secara live. Duterte, yang akhir-akhir ini sering bersitegang dengan media, memutuskan melarang pelantikannya di Istana Malacanang disaksikan wartawan. Hanya televisi negara yang diizinkan meliput seremonial kenegaraan tersebut secara langsung.
Pengacara dan mantan jaksa tersebut selama ini menjadi sasaran serangan dari kelompok penggiat hak asasi manusia terkait dengan sumpahnya untuk membunuh tersangka kriminal.
Selama lebih dari dua dekade Duterte menjabat sebagai Wali Kota Davao, Human Rights Watch—yang berbasis di New York—melaporkan bahwa sekitar seribu orang tewas oleh warga sipil bersenjata yang dikenal sebagai Davao Death Squad (DDS). Duterte membantah terhubung ke grup tersebut.
Selama kampanye, Duterte berjanji melakukan segala sesuatu yang dia bisa untuk mengatasi masalah narkoba di negara itu dalam 3-6 bulan pertama kepresidenannya. Setelah kemenangannya, ia juga berjanji akan memberikan hadiah uang tunai kepada warga yang menembak dan membunuh pengedar narkoba. Meskipun banyak kontroversi, banyak warga Filipina menaruh harapan dan impian mereka kepadanya untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
AL JAZEERA|YON DEMA