TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 3,5 juta penduduk Inggris sudah menandatangani petisi, yang meminta referendum bertahan atau meninggalkan Uni Eropa diulang. Seperti diketahui, Inggris Raya memilih keluar dari Uni Eropa setelah 43 tahun dengan perbandingan jumlah suara 52 persen dan 48 persen, dalam referendum Jumat pekan lalu.
Petisi ini dibuat masyarakat yang tak senang atas hasil referendum tersebut. Latar belakang pembuatan petisi tersebut adalah kondisi politik dan perekonomian Inggris Raya yang seketika goyah setelah keputusan British Exit (Brexit) dikeluarkan.
“Referendum kedua harus dilaksanakan,” ujar William Oliver, salah seorang penggagas petisi, seperti dilansir CNN, Senin, 27 Juni 2016. Para pemilih yang kecewa pun berbondong-bondong menandatangani petisi itu dan tak henti menyebarkannya.
William tak mempermasalahkan apa pun hasil referendum ulang tersebut. Dia mengatakan alasan pembuatan petisi itu adalah memperkuat hasil keputusan referendum sebelumnya dan memberi kesempatan untuk pemilih lain yang belum menyuarakan keyakinannya dengan tepat. Kampanye ulang juga dibutuhkan.
Sejauh ini, hasil dari Brexit itu diperkirakan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi Inggris jangka menengah. Tingkat pertumbuhan kredit yang semula stabil juga diperkirakan menukik negatif. Nilai tukar pound sterling ambruk. Pemerintah Inggris juga diprediksi harus mengeluarkan cadangan fiskalnya untuk membantu mendorong pertumbuhan perekonomian. Bukan hanya itu, defisit anggaran juga diperkirakan terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
GHOIDA RAHMAH