TEMPO.CO, London - Penduduk Kota Cornwall, Inggris, begitu antusias mengikuti referendum memilih bertahan atau keluar dari Uni Eropa tiga hari lalu. Sebanyak 56 persen warga Kota Cornwall yang terletak di barat daya Inggris itu memilih keluar dari Uni Eropa. Namun dampaknya baru disadari sehari setelah referendum.
"Apa yang telah kami lakukan?" ujar seorang warga Kota Cornwall.
Kota Cornwall selama satu dekade terakhir sangat bergantung pada bantuan Uni Eropa. Uni Eropa mensubsidi kota itu sekitar US$ 82 juta atau Rp 750 miliar per tahun. Dana subsidi Uni Eropa tersebut selama ini digunakan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur dan skema pendidikan di Cornwall.
Seperti dikutip dari Washington Post, Sabtu, 25 Juni 2016, sekarang para pejabat Kota Cornwall panik. Mereka khawatir dengan hal terburuk yang dialami kota itu ke depannya dan bertanya-tanya kenapa kota di Inggris yang paling banyak bergantung pada bantuan Uni Eropa itu justru memilih keluar saat referendum.
"Kita sekarang tahu Inggris akan keluar Uni Eropa. Kami akan mengambil langkah darurat untuk meyakinkan pemerintah Inggris untuk melindungi posisi Cornwall dalam sejumlah negosiasi," kata pemimpin Dewan Kota, John Pollar, seperti dimuat dalam situs resmi Pemerintah Kota Cornwall.
Selanjutnya, Pollad menegaskan, pihaknya akan mempertahankan pendanaan yang setara dengan program yang disediakan Uni Eropa setiap tahun dalam satu dekade terakhir.
Cornwall merupakan kota termiskin di Inggris dengan jumlah populasi penduduk lebih dari 500 ribu orang. Uni Eropa secara khusus mendukung wilayah-wilayah termiskin di negara anggotanya lewat subsidi. Cornwall merupakan salah satu wilayah yang disubsidi selama ini.
WASHINGTON POST | MARIA RITA