TEMPO.CO, Jakarta - Bila Inggris keluar dari Uni Eropa berdasarkan referendum, Kamis, 23 Juni 2016, ekonomi Irlandia akan mendapat efek yang kurang mengenakkan karena lebih rentan terpengaruh daripada anggota Uni Eropa lainnya.
Eksportir Irlandia akan menjadi pihak pertama yang jadi korban bila Brexit membuat pound sterling melemah terhadap euro. Setiap minggu, Inggris dan Irlandia melakukan pertukaran barang dan jasa yang angkanya dapat mencapai 1,2 miliar euro.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia Charlie Flanagan mengaku sudah menyiapkan rencana dalam bidang perdagangan. “Dalam hal voting menunjukkan untuk ‘pergi’, kami akan berfokus pada strategi nasional di berbagai isu, terutama ekonomi dan perdagangan. Jadi kami sudah menyiapkan berbagai rencana di berbagai departemen,” kata Flanagan seperti dikutip RTE News.
“Irlandia harus mempertimbangkan untuk mengambil langkah-langkah membantu perusahaan-perusahaan yang mengekspor ke Inggris jika tetangga terdekat dan mitra dagang terbesar kami meninggalkan Uni Eropa,” ujar Flanagan kepada Reuters.
Isu perbatasan dengan Irlandia Utara yang berada dalam teritori Inggris juga menjadi persoalan bagi Irlandia. Dalam hal ini, Dublin khawatir negosiasi yang dilakukan pada tingkat Uni Eropa tidak dapat mengawasi secara penuh terkait dengan masalah itu.
Menjelang referendum, beberapa menteri Irlandia—termasuk Flanagan—berkampanye di Inggris untuk mengajak warga Irlandia yang tinggal di sana agar memilih Inggris bertahan di Uni Eropa.
REUTERS | RTE NEWS | ARDITO RAMADHAN | MR