TEMPO.CO, Manila - Para pemimpin gereja Katolik di Filipina menyatakan telah terjadi peningkatan jumlah pembunuhan terhadap para pelaku sejumlah kejahatan yang dilakukan polisi sejak Rodrigo Duterte terpilih sebagai presiden.
Konferensi Para Uskup Katolik Filipina mengecam tindakan praktek main hakim sendiri itu. "Kami terganggu oleh peningkatan jumlah laporan yang mengatakan para penjual narkoba, obat bius, dan lain-lain telah ditembak, diduga karena mereka menolak penangkapan," kata Uskup Agung Socrates Villegas, Kepala Konferensi, seperti dikutip dari laman Channel News Asia.
Villegas menanggapi tokoh polisi nasional yang mengatakan 29 tersangka narkoba ditembak mati antara 9 Mei dan 15 Juni. Angka itu tidak termasuk delapan tersangka pengedar narkoba yang ditembak mati polisi selama akhir pekan di beberapa daerah.
"Ini mengganggu bahwa praktek main hakim sendiri tampaknya telah meningkat," ujar Villegas.
Para uskup juga mengecam pernyataan Duterte yang menawarkan pembayaran besar untuk polisi yang membunuh tersangka pengedar narkoba. "Tidak pernah dapat diperkenankan secara moral untuk menerima hadiah uang dari membunuh orang lain."
Duterte diketahui telah memerintahkan para polisi dan bahkan warga sipil membunuh penjahat narkoba. Saat Duterte menjabat Wali Kota Davao, ia dikaitkan dengan sebuah regu kematian yang kerap main hakim sendiri hingga menewaskan sekitar 1.000 orang.
Duterte telah bersumpah untuk membunuh puluhan ribu penjahat setelah resmi menjadi presiden pada 30 Juni 2016.
CHANNEL NEWS ASIA | MECHOS DE LAROCHA