TEMPO.CO, Washington - Penembakan di klub malam Pulse di Orlando, Florida, Amerika Serikat, yang menewaskan 49 orang, mendapat komentar dari berbagai kalangan di negara itu. Presiden Barack Obama, yang mendukung pengetatan persenjataan melalui aturan formal, menganggap serangan itu semakin menguatkan perjuangannya mengetatkan penggunaan senjata melalui aturan formal.
Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, yang sangat mendukung hak kepemilikan senjata, memiliki komentar berbeda. Melalui akun Twitter, Trump menyatakan keinginannya supaya larangan pembelian senjata diberlakukan pada orang-orang yang masuk daftar teroris. Dia kemudian men-tweet, "Saya akan bertemu dengan NRA, yang telah mendukung saya, untuk tidak mengizinkan orang yang berada di daftar teroris membeli senjata."
NRA sejak bulan lalu mendukung pencalonan Trump oleh Partai Republik. NRA menegaskan, mereka memang menentang pembelian senjata oleh teroris. Asosiasi yang salah satunya mengadvokasi izin penggunaan persenjataan yang aman oleh warga sipil, termasuk anak muda ini, menyambut baik rencana pertemuan dengan Trump tersebut.
Ahad lalu, Omar Mateen, orang yang diduga sebagai pelaku penembakan di klub malam, Pulse, sempat menghubungi nomor darurat 911. Saat penembakan, dia mengucapkan ikrar janji setianya kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Istri Mateen, Noor Salman, diduga mengetahui rencana itu dan akan didakwa dalam waktu dekat.
FBI mengklaim memiliki dua daftar yang berisi nama-nama dianggap sebagai teroris. Dalam salah satu daftar itu terdapat pelarangan dalam penerbangan, baik masuk maupun keluar, Amerika Serikat. Satu dari dua daftar itu mencantumkan nama Mateen. Dia telah dimasukkan ke daftar tersebut selama 10 bulan.
Senator Chris Murphy dari Connecticut ingin mendorong Partai Republik serta Partai Demokrat menyetujui undang-undang yang melarang para teroris membeli senjata. Orang yang hendak membeli senjata harus diperiksa latar belakangnya.
BBC | ANGELINA ANJAR SAWITRI