TEMPO.CO, Tokyo - Harga minyak mentah berjangka jatuh di perdagangan Asia pada Selasa, 14 Juni 2016. Jatuhnya harga minyak karena pengaruh investor yang mengabaikan tanda-tanda ketatnya pasar dan berfokus pada kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) turun 47 sen atau hampir satu persen pada kisaran harga US$ 48,41 per barel. Sementara harga minyak acuan Brent tergelincir di bawah US$ 50 per barel, turun 44 sen menjadi US$ 49,91 per barel.
Posisi dolar Amerika Serikat yang yang menguat dan mengalir ke pasar minyak juga berpengaruh. Ditambah lagi, wacana referendum Inggris dari Uni Eropa (Brexit) memberikan tekanan tambahan kepada ekonomi global. Brexit kemungkinan berujung kepada resesi Eropa.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Menjelang Pertemuan OPEC Minggu Ini
CEO Sun Global Investment, Mihir Kapadia, mengatakan risiko ini berdampak ke dalam pasar beberapa hari terakhir dan telah mempengaruhi harga minyak. "Dengan kelemahan di pasar Asia dan dolar yang menguat memberikan kontribusi pada kembalinya minyak mentah Brent di bawah US$ 50 per barel," kata Mihir Kapadia, CEO Sun Global Investment yang memiliki aset di bawah manajemen sebesar US$ 500 juta.
"Ada beberapa yang berpikir bahwa pemulihan harga baru-baru ini karena masalah pasokan sementara dan tidak diimbangi dengan penguatan permintaan kepada negara ekonomi global yang kuat," kata Kapadia.
Simak: Berantas Ekstremisme Islam, Bangladesh Tangkap 5.000 Orang
Kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi Cina yang mempengaruhi sentimen dinilai cukup untuk mengatur tanda-tanda kenaikan harga saham seperti perkiraan pemerintah AS. Pemerintah AS memprediksi produksi minyak diperkirakan akan jatuh pada Juli 2016 dan tujuh bulan berturut-turut.
OPEC memperkirakan pasar minyak dunia akan lebih seimbang di semester kedua 2016. Penyebabnya, penghentian produksi di Nigeria dan Kanada membantu untuk mempercepat penghabisan pasokan minyak.
REUTERS | ARKHELAUS W.