TEMPO.CO, Jakarta - Kepala yang diperkirakan milik Robert Hall ditemukan di kantong plastik di Jolo, Provinsi Sulu, Filipina, Senin malam, 13 Juni 2016. Lima jam sebelumnya, kelompok militan Abu Sayyaf mengklaim telah mengeksekusi Robert, 57 tahun, satu dari sejumlah sandera mereka.
Kepala Polisi Jolo Komisaris Polisi Junpikar Sittin mengatakan potongan kepala itu ditemukan di dalam kantong plastik sekitar pukul 21.00 waktu setempat di Jalan Sanchez, sebelah Gereja Katedral Carmelite, Jolo.
"Awalnya, personel kami berpikir itu adalah bahan peledak. Tapi, ketika tim Soco (unit operasi kejahatan) memeriksa kantong plastik itu, ternyata berisi kepala seorang pria Kaukasia tua," kata Sittin seperti dilaporkan Phillippine Daily Inquirer melalui telepon.
"Saya tidak bisa langsung menyatakan bahwa itu adalah Hall, tapi berdasarkan deskripsinya cocok," ucapnya.
Laporan sebelumnya menyatakan teroris Abu Sayyaf membunuh seorang sandera di Sulu, Senin sore. Mereka melakukannya setelah batas waktu pembayaran uang tebusan 600 juta peso (Rp 173,2 miliar) terlewati.
Abu Raami, juru bicara Abu Sayyaf, lewat telepon, mengaku telah membunuh Hall. Dia menambahkan, jenazah Hall akan ditemukan di sebuah tempat di Jolo pada Senin.
Hall, warga Norwegia Kjartan Sekkingstad, 57 tahun; wanita Filipina, Marites Flor, 41; dan warga Kanada lainnya, John Ridsdel, diculik dari, Holiday Oceanview, lokasi wisata, di Pulau Samal, Davao del Norte, pada 21 September tahun lalu. Ridsel, 68, mantan wartawan dan eksekutif perusahaan pertambangan, juga dipenggal pada 23 April lalu.
Presiden Filipina Benigno Aquino memerintahkan militer mengerahkan kekuatan penuh untuk mengadili kelompok itu selepas eksekusi Ridsel. Namun upaya perburuan kelompok bersenjata dengan jejaring pos pemeriksaan dan berbatalion tentara terbukti tidak efektif, bahkan fatal, baik bagi pasukan maupun sandera.
Pada 9 April, Abu Sayyaf membunuh 18 tentara Filipina saat beroperasi mencari sandera. Satu-satunya operasi yang sukses terjadi pada 2002, saat pasukan khusus Filipina, dibantu Amerika Serikat, menyerbu kelompok penyandera misionaris Amerika Martin dan Gracia Burnham, serta seorang perawat Filipina Ediborah Yap. Gracia Burnham selamat, tapi suaminya dan Yap tewas dalam baku tembak.
Dalam sebagian besar kasus, pembebasan sandera terjadi setelah tebusan dibayar. Salah satunya pada 2014, dalam pembebasan ahli fisika Jerman Stefan Okonek, 71, dan rekannya, Henrike Dielen, 55, yang diculik dari kapal pesiar mereka. Konon, besar tebusannya mencapai lebih dari US$ 5 juta (sekitar Rp 66,5 miliar).
THE STAR | PHILIPPINE DAILY INQUIRER | ASIA NEWS NETWORK | NATALIA SANTI