TEMPO.CO, Sana'a - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menghapus koalisi Arab Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman dari daftar hitam PBB. Utusan Saudi untuk PBB Abdullah al-Mouallimi menegaskan penghapusan koalisi dari daftar hitam itu sifatnya final.
Dia menggambarkan penghapusan koalisi dari daftar hitam sebagai sesuatu yang tepat, dan mengatakan keputusan itu tidak dapat diubah dan tanpa syarat. "Kami telah salah ditempatkan pada daftar," kata Mouallimi dikutip dri laman BBC. "Kita tahu bahwa penghapusan ini adalah final."
Keputusan dipercaya sebagai buah dari protes Arab Saudi setelah koalisi ditempatkan di daftar dan dianggap melanggar hak-hak anak dalam konflik. PBB saat itu mengeluarkan laporan yang mengatakan koalisi bertanggung jawab untuk 60 persen kasus kematian dan luka-luka pada anak di Yaman tahun lalu.
Diketahui, koalisi Arab Saudi dan sembilan negara Arab dan Muslim, didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris. Mereka mulai memerangi Houthi sejak Maret 2015, dua bulan setelah kelompok pemberontak itu melengserkan pemerintah Yaman dari kekuasaan dan mengambil kontrol penuh atas ibukota Sanaa.
Sejak itu, setidaknya 6.200 orang - sekitar setengah dari warga sipil - telah tewas dan 2,8 juta lainnya mengungsi, Lapor BBC mengutip PBB.
Meski telah dikeluarkan dari daftar hitam, PBB mengatakan akan tetap melakukan peninjauan bersama koalisi atas kasus-kasus besar yang tercantum dalam laporan PBB.
Kamis lalu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengeluarkan laporan tahunan tersebut tentang anak-anak dan konflik bersenjata, yang menggambarkan situasi di Yaman sebagai "sangat mengkhawatirkan".
Ban mengatakan ada peningkatan lima kali lipat dari jumlah anak yang direkrut dan dijadikan bagian dari kelompok bersenjata di tahun 2015 dan enam kali lebih banyak anak yang tewas dan cacat dibandingkan dengan 2014.
Laporannya menyebutkan 510 kematian anak dan 667 terluka tahun lalu akibat serangan koalisi yang dipimpin Saudi. 142 kematian dan 247 yang berasal dari pemberontak Houthi. Sebagian besar disebabkan oleh serangan udara, dan dalam 324 insiden, pihak yang bertanggung jawab tidak dapat diidentifikasi.
Adapaun setengah dari 101 serangan pada sekolah dan rumah sakit juga dikaitkan dengan koalisi. Pada Senin, 6 Juni 2016, Abdullah al-Mouallimi, mengeluh kepada Ban tentang laporan itu. "Jika ada korban dari sisi koalisi, mereka akan jauh, jauh lebih rendah," katanya.
BBC | MECHOS DE LAROCHA