TEMPO.CO, Glasgow - Mahasiswa Indonesia yang bergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Greater Glasgow (PPI Greater Glasgow) berhasil mengajak warga kota Glasgow, Skotlandia untuk bergoyang dangdut dan main angklung dalam rangkaian “Indonesian Cultural Day (ICD) 2016: Experience Indonesia” sepanjang Sabtu, 4 Juni 2016.
Sekitar 200-an pengunjung yang hadir terdiri atas warga setempat dan mahasiswa internasional. Semuanya larut dalam berbagai suguhan atraksi budaya Indonesia seperti musik dan tarian serta kegiatan yang digelar di University of Strathclyde Student Union tersebut.
“Bintang tamu” dalam acara ini adalah kelompok Gamelan Naga Mas yang berbasis di Glasgow dan sudah berdiri sejak 1990. Kelompok pimpinan komposer Royal Conservatoire of Scotland J. Simon van der Walt ini adalah satu-satunya penampil yang bukan pelajar dan bukan orang Indonesia.
Membawakan tiga komposisi musik tradisional Jawa dan Bali, Simon dan koleganya berhasil memancing tepuk tangan riuh para pengunjung. Sorak sorai pengunjung juga menggema setiap kali akhir penampilan musik dan tarian, seperti Tari Pendet, tari Betawi yang dipadu dengan atraksi silat, Tari Piring, Tari Yamko Rambe Yamko, Tari Rato Duek atau yang lebih dikenal dengan tari Saman dan musik keroncong akustik.
Setiap penampilan diawali dengan penjelasan MC mengenai sejarah dan asal musik atau tarian tersebut sehingga pengunjung lebih mengenal tentang Indonesia.
Sementara orkestra angklung dipimpin dan diaransemen oleh komposer muda asal Indonesia, Wilson Chu, yang saat ini juga sedang belajar di Glasgow. Penonton juga diajak untuk mencoba memainkan angklung dalam workshop singkat yang dipimpin oleh Isnia Fitrisanti.
Acara ditutup dengan musik dangdut dimana semua pengunjung tampak sangat senang saat diajak untuk joget bersama dan diajari cara bergoyang dangdut.
Pengunjung juga terlihat sangat menikmati suguhan makan malam berupa nasi rendang, sambal, bakwan, klepon, pukis, dan es cocopandan dengan racikan sirup ala Indonesia yang semuanya disiapkan oleh mahasiswa Indonesia dan keluarganya.
Daniel Agriva Tamba, ketua PPI Greater Glasgow mengapresiasi tim panitia dan pengisi acara ICD yang memanen pujian dari pengunjung. “Kita di sini banyak yang ‘baru pertama kali’. Misalnya baru pertama kali menari tradisional, pertama kali memainkan musik keroncong, dan sebagainya. Dengan segala keterbatasan itu, acara ini bisa tetap sukses, luar biasa,” kata Daniel seperti disampaikan dalam rilis yang diterima Tempo, Selasa, 7 Juni 2016.
Rangkaian acara dibuka pada siang hari dengan menyuguhkan storytelling dimana cerita-cerita legenda asli Indonesia didongengkan dalam Bahasa Inggris oleh Herdiana Hakim, pelajar asal Indonesia yang sedang menempuh master di bidang literasi anak di University of Glasgow. Belasan anak dari berbagai negara hadir di sesi ini.
ICD berlanjut dengan pemutaran film karya sineas kreatif Indonesia berkat kerjasama PPI Greater Glasgow dengan Jejak Jejik dan Embara Films. Filmfilm yang ditampilkan adalah Epic Java, Indonesia Kirana, dan Montage of Edelweiss yang menjadi pusat perhatian karena mengekspos kecantikan alam Indonesia.
Paralel dengan pemutaran film, ICD juga memberi kesempatan pengunjung untuk mencoba enam permainan board game yang semuanya bertema Indonesia. Board game ini adalah karya anak bangsa yang tergabung dalam Manikmaya Games.
Selama berbagai kegiatan berlangsung, sederet foto memukau karya pendiri portal fotografi terbesar di Asia Tenggara: http://fotografer.net, Kristupa Saragih, juga dipamerkan lewat eksebisi foto bertajuk “Wajah Indonesia”.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia Rizal Sukma mengapresiasi upaya dari PPI Greater Glasgow atas kreativitas dan kemandiriannya dalam mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia ke publik Inggris Raya.
“Upaya ini memang butuh berkelanjutan karena Indonesia adalah sebuah negara yang sangat besar dan beragam. ICD 2016: Experience Indonesia adalah sebuah cara yang unik untuk mempresentasikan Indonesia melalui berbagai indera manusia, cocok dengan taglinenya acara ‘See, Feel, Appreciate’ ,” kata Rizal.
Sementara itu, pelaksana fungsi Penerangan dan Sosial-Budaya di KBRI London, Dino Kusnadi mengaku kagum pada antusiasme dan kerja keras para pelajar Indonesia di Inggris Raya, terutama di Glasgow, dalam mempromosikan program ‘Wonderful Indonesia’. "Acara ini juga menunjukkan besarnya rasa cinta masyarakat Indonesia pada negaranya," kata Dino.
Pujian juga mengalir melalui melalui akunakun media sosial PPI Greater Glasgow dan beragam testimoni di forum-forum perbincangaan dunia maya.
Joey, mahasiswa asal Belanda mengatakan dalam wawancarai live streaming Facebook mengaku sangat senang bisa mencicipi rendang. “Rendangnya enak sekali. Menurut saya tidak terlalu pedas tapi pas dan nikmat”," ujarnya.
Sementara pengguna Instagram dengan akun @Iqyest mengatakan, “I almost cry when I heard the music and saw the dance. Really a lovely night [Saya hampir menangis saat mendengarkan musik dan melihat tarian. Sungguh suatu malam yang indah.”
Sebagai bagian dari upaya mempromosikan pembangunan di Indonesia, sejumlah film pendek mengenai pembangunan di sektor perhubungan juga ditampilkan. “Film-film ini menceritakan kemajuan pembangunan bandar udara dan pelabuhan di beberapa daerah di luar Jawa dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo,” kata Atase Perhubungan KBRI London Simson Sinaga.
ICD adalah acara tahunan yang telah diselenggarakan oleh PPI Greater Glasgow sejak tahun 2014. Hampir semua panitia dan penampil adalah pelajar dan keluarga Indonesia di Glasgow.
Saat ini terdapat sekitar 80 pelajar Indonesia di Glasgow yang tersebar di berbagai universitas seperti University of Glasgow, University of Strathclyde, Glasgow Caledonian University, serta Glasgow School of Art. Secara keseluruhan, terdapat lebih dari 2.500 pelajar Indonesia di Inggris Raya.
NATALIA SANTI