TEMPO.CO, Manila - Presiden baru Filipina, Rodrigo Duterte, menyatakan memboikot media dan tidak akan lagi mengadakan konferensi pers.
"Saya minta maaf. Benar, saya memang memboikot (media)," katanya dalam video yang diunggah oleh wartawan stasiun televisi Filipina, TV5, France Noguera, Senin malam, 6 Juni 2016.
Ketika ditanya sampai kapan dia akan memboikot media, Duterte mengatakan, "Sampai masa jabatan saya sebagai presiden berakhir."
Sebelumnya, asisten eksekutif Duterte, Christopher Go, memberi tahu media bahwa presiden yang baru akan dilantik pada 30 Juni 2016 itu tidak lagi menggelar konferensi pers. Menurut Go, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan presiden terpilih tersebut.
Dalam wawancara dengan wartawan TV5, Duterte menyatakan rasa kesalnya atas beberapa pernyataan dia yang menuai kecaman hebat. "Ketika diwawancarai, ada banyak kesalahan, banyak kritik saya terima. Lebih baik tidak ada wawancara, sehingga tidak ada kritik, tidak ada pernyataan yang keliru, tidak ada apa-apa," ujarnya saat ditanya mengapa dia memutuskan untuk berhenti menemui media.
Duterte mengatakan pernyataan pemerintah akan diumumkan lewat stasiun televisi pemerintah, PTV.
Saat menjadi Wali Kota Davao selama hampir 30 tahun, Duterte dikenal sangat dekat dengan wartawan setempat. Namun, dalam konferensi pers yang dihadiri berbagai media, dari dalam maupun luar negeri, ia membuat beberapa pernyataan yang memicu kontroversi, dari kelakarnya soal pemerkosaan suster, menyiuli wartawati, sampai soal pembunuhan wartawan.
Duterte dikecam media massa lokal dan internasional setelah ditanya tentang pembunuhan wartawan di Filipina. Dia menyatakan wartawan yang meninggal rata-rata adalah wartawan yang korup dan tidak menjalankan tugasnya dengan benar. "Kebanyakan yang mati itu melakukan kesalahan. Anda tidak akan dibunuh jika tidak melakukan kesalahan," tuturnya saat itu.
Dalam konferensi pers terbaru, Duterte diberitakan memberikan restu kepada warga untuk menembak mati para pengedar narkoba. Dia bahkan disebutkan berjanji akan memberikan hadiah bagi mereka yang membantu pemerintah memerangi kejahatan.
INQUIRER | MANILA BULLETIN | YON DEMA