TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jerman Joachim Gauck mengumumkan tidak akan memperpanjang masa jabatan untuk kedua kalinya. Pengumuman ini memancing kompetisi menentukan presiden berikutnya pada musim gugur tahun depan.
Mantan pastor serta aktivis kemanusiaan yang berusia 76 tahun itu menyatakan mengundurkan diri, meski banyak dorongan yang menginginkan agar dia tetap maju. "Saya tidak ingin memaksakan diri bekerja dalam waktu 5 tahun ketika saya tidak bisa menjamin masih punya cukup energi dan vitalitas yang dibutuhkan (masyarakat)," kata Gauck di kantornya, Berlin Bellevue Pallace, seperti ditulis The Guardian, Senin, 6 Juni 2016.
Gauck berujar, merupakan suatu kehormatan besar buatnya karena dapat melayani warga Jerman sejak 2012 sebagai presiden kesebelas pascaperang, baik dalam seremonial maupun kegiatan politik. Sedangkan pengganti Gauck tidak akan ditunjuk secara langsung, tapi lewat partai politik melalui kongres yang akan dihasiri olahragawan, selebriti, dan tokoh masyarakat lainnya.
Calon presiden yang digadang-gadang menggantikan Gauck adalah Wolfgang Schäuble. Ia saat ini menjabat Menteri Keuangan di kabinet Kanselir Angela Merkel. Ada lagi Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier dari SPD, politikus terkenal di Jerman. Lalu juru bicara Bundestag yang berlatar belakang Christian Democrats, Norbert Lammert. Sedangkan satu-satunya calon perempuan ialah Gerda Hasselfeldt dari The Christian Social Union (CSU).
Gauck menjadi terkenal pada 1989, saat akhir rezim Jerman Timur. Ia dikenal menjadi pendukung gerakan hak-hak sipil. Setelah jatuhnya Tembok Berlin, ia terpilih sebagai legislatif. Pada 1991-2000, dia bertanggung jawab mengawasi arsip dari bekas polisi rahasia Jerman Timur, Stasi.
Ketika ia menjadi presiden pada 2012, Die Zeit menyebutnya sebagai "Kemenangan Sempurna Jerman Timur " karena untuk pertama kalinya politikus asal Jerman Timur, Gauck dan Merkel, bersatu menduduki tertinggi di Jerman.
THE GUARDIAN | DESTRIANITA