TEMPO.CO, Paris - Konferensi tingkat tinggi (KTT) untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Israel-Palestina mulai berlangsung Jumat, 3 Juni 2016 di Paris, Prancis.
KTT sebagaimana dkutip dari laman Middle East Monitor, melibatkan lebih dari 30 pejabat PPB dari Timur Tengah, Uni Eropa, Rusia dan Amerika Serikat, serta Liga Arab dan negara-negara lain, tanpa melibatkan perwakilan dari Israel atau Palestina.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon berada di antara mereka yang hadir.
Berbicara menjelang KTT, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan KTT itu diperlukan karena dialog langsung antara Israel dan Palestina tidak pernah bekerja.
"Hari ini, semuanya sudah diblokir ... Kami tidak ingin mengambil tindakan terhadapPalestina dan Israel, tapi kami ingin membantu mereka," kata Ayrault.
Dalam pernyataan yang dirilis Kamis, Presiden Francois Hollande, yang akan menyampaikan pidato pembukaan KTT, mengatakan konflik kedua negara telah menghadapi kebuntuan berbahaya.
Dia mengatakan KTT akan memungkinkan peserta untuk kembali menegaskan komitmen mencari solusi dua-negara, dan tekad menciptakan kondisi untuk dimulainya kembali pembicaraan langsung tentang perdamaian Israel-Palestina.
Pertemuan yang sempat tertunda beberapa kali tersebut, dihadiri Kuartet Timur Tengah, yang terdiri atas Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), juga Liga Arab, Dewan Keamanan PBB serta 17 negara lainnya. Antara lain, Belanda, Norwegia, Swedia, Swiss, Irlandia, Kanada, Polandia, Arab Saudi, Spanyol, Turki, Yordania, Maroko. Indonesia, yang diwakili Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjadi satu-satunya negara Asia yang hadir.
Akun Twitter resmi Kementerian Luar Negeri RI menyebut bahwa dalam pidatonya Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault memberi apresiasi atas inisitif Indonesia yang menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (KTT LB OKI) mengenai Palestina dan Al-Quds al-Sharif pada Maret 2016.
“Menlu Prancis @jeanmarcayrault menyampaikan KTT LB tersebut dapat membantu mendorong perdamaian di Timur Tengah,” demikian cuitan portal resmi Kemlu RI.
Namun Israel telah menolak KTT itu, menyerukan perundingan langsung.
Israel dan Palestina terakhir bertatap muka langsung di April 2014 namun pembicaraan terhenti setelah Palestina menuduh Israel melanggar kesepakatan pembebasan tahanan dan Tel Aviv menolak kemungkinan berdamai dengan Hamas, yang menyebut Israel sebagai kelompok teroris.
Prancis yang memulai ikhtiar ini pada Januari pernah mengatakan akan mengakui Palestina sebagai negara merdeka jika tidak ada kemajuan yang dibuat dalam proses perdamaian. Pernyataan itu ditarik menyusul keberatan Israel.
Diketahui, sejak awal 1990-an, banyak pembicaraan damai telah gagal menyelesaikan pertikaian antara Israel dan Palestina, yang meliputi status Jerusalem, permukiman Yahudi di Tepi Barat dan pengakuan atas Palestina sebagai negara merdeka.
MIDDLE EAST MONITOR | MECHOS DE LAROCHA