TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Isu-isu Strategis Djauhari Oratmangun berupaya menguatkan kerja sama antara Indonesia dan negara di region Melanesia yang meliputi Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, dan Kaledonia Baru Kanak. Kerja sama akan diintensifkan, salah satunya, melalui pendekatan kebudayaan.
Djauhari mengatakan region Melanesia memiliki kesamaan budaya dengan Indonesia. Beberapa istilah penyebutan, seperti hitungan angka dan nama-nama organ tubuh, pun sama. Djauhari mengatakan, ketika mendampingi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengunjungi Fiji awal Mei lalu, dia menyempatkan makan di sebuah warung makan. Saat itu, ia mendengarkan beberapa orang bernyanyi sambil memainkan alat musik yang mirip ukulele.
Irama musik yang dimainkan begitu akrab di telinga Djauhari. Ia pun merasa seperti berada di kampung halamannya di Ambon, Maluku. “Saya nyanyi lagu Sio Mama, saya kasih nada, mereka langsung bisa mainkan,” kata Djauhari saat berkunjung ke kantor Tempo, Rabu, 25 Mei 2016.
Untuk mempererat negara-negara yang memiliki ras Melanesia, telah digelar Festival Budaya Melanesia di Ambon, Maluku, pada 27-29 Oktober 2015.
Tak hanya soal bahasa dan musik, menurut Djauhari, penduduk di wilayah Pasifik Selatan itu memiliki kesamaan perilaku dengan orang Indonesia. Ia menyebutkan mereka suka mengenakan sandal seperti masyarakat di Indonesia. Bahkan Indonesia pun telah mengekspor produk seperti sandal dari Cibaduyut.
Menurut Djauhari, hubungan diplomatik dengan negara-negara di Melanesia telah terjalin bahkan sejak Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Namun saat ini rencana pemerintah adalah mengintensifkan hubungan tersebut.
Tidak hanya berfokus pada Melanesia, Djauhari mengatakan, Indonesia memiliki perwakilan diplomatik untuk 14 negara di kawasan Pasifik Selatan yang total penduduknya 10 juta jiwa. “Perlu menggandeng (kerja sama) karena bagian dari Pasifik Selatan,” ujarnya.
Djauhari menambahkan, selain segi budaya, potensi ekonomi juga tinggi untuk diangkat dalam kerja sama. Ia mencontohkan, untuk di Fiji, Indonesia telah mengekspor lebih dari seratus karoseri bus. Djauhari menilai ada peluang ekonomi yang juga bisa digali untuk menguatkan kerja sama.
DANANG FIRMANTO