TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan militer Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Jenderal Joseph Votel, mengunjungi Suriah secara diam-diam pada Sabtu, 21 Mei 2016. Menurut pejabat setempat, pemimpin Komando Pusat Amerika itu menghabiskan 11 jam di Suriah bagian utara.
Di sana, ia bertemu dengan penasihat militer Amerika Serikat dan pemimpin Kekuatan Demokratik Suriah (SDF), yang terdiri atas kekuatan pemberontak Kurdi dan Arab. Pertemuan itu guna memantau langsung pelatihan militer yang Amerika Serikat gelar untuk milisi lokal.
Mereka dilatih untuk membantu Amerika mengalahkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang masih menguasai sejumlah wilayah di negara itu. Votel mengatakan melatih kekuatan lokal untuk melawan ISIS adalah pendekatan tepat.
"Saya meninggalkan tempat ini dengan kepercayaan diri yang meningkat akan kemampuan mereka, dan kemampuan kami mendukung mereka. Saya rasa cara ini bekerja dan berhasil dengan baik," katanya seusai kunjungannya, seperti dikutip BBC, Minggu, 22 Mei 2016.
Milisi SDF yang dilatih Amerika berjumlah sekitar 30 ribu orang. Jumlah itu terdiri atas 25 ribu tentara Kurdi dan sekitar 5 ribu pejuang Arab. Amerika menginginkan ada peningkatan pejuang Arab dalam satuan tersebut.
Wakil Komandan SDF, Qarhaman Hasan, mengatakan mereka membutuhkan bantuan persenjataan yang lebih lengkap untuk menghadapi ISIS. Dia mengatakan dirinya menginginkan kendaraan bersenjata, senjata mesin, pelontar roket, dan mortar. Saat ini SDF harus mengandalkan penyelundupan untuk mendapatkan senjata.
"Anda tak bisa mengelola kesatuan tentara dengan senjata selundupan," katanya.
BBC|INGE KLARA