TEMPO.CO, London - Satu dokumen rahasia yang bocor isinya mengejutkan. Isi dokumen itu mengungkapkan rencana pemimpin Uni Eropa bekerja sama dengan diktator Afrika untuk menghentikan imigran masuk ke Eropa.
Menurut dokumen rahasia tersebut, Uni Eropa menyiapkan dana 35 juta pound sterling atau Rp 685,5 miliar untuk digelontorkan kepada delapan negara Afrika, termasuk Sudan yang dipimpin Presiden Omar Hassan al-Bashir—yang dikenal akan kekejamannya. Sebagai imbalannya, mereka akan diminta mencegat pengungsi menuju Mediterania dan seterusnya.
Uang tersebut akan digunakan selama tiga tahun dalam melatih polisi perbatasan dan mendirikan kamp-kamp penahanan, terutama di Sudan. Langkah-langkah lain termasuk memasang kamera pengintai, scanner, dan server untuk mendaftarkan pengungsi ke rezim Sudan.
Seperti dilansir Daily Mail pada 18 Mei 2016, dokumen tersebut dibocorkan ke publik oleh media terkenal Jerman, Der Spiegel, beberapa hari lalu.
Meskipun beberapa pejabat Eropa mengatakan bahwa perjanjian tersebut tidak akan merugikan, kritikus menyebutkan bahwa pemimpin Afrika—terutama Sudan—akan menggunakan kediktatorannya untuk mencegah imigran. "Rezim diktator di wilayah itu yang terkenal dengan pembantaian ratusan ribu orang kini dipercayakan untuk membendung aliran imigran ke Uni Eropa," kata Marina Peter, pegiat HAM Afrika asal Jerman.
Bashir, yang telah memerintah Sudan sejak 1989, dituduh oleh Pengadilan Kriminal Internasional yang berbasis di Den Haag (ICC) mendalangi genosida dan kekejaman lain dalam kampanye untuk menghancurkan pemberontakan di wilayah Darfur, Sudan barat.
Para ahli memperkirakan sedikitnya 200 ribu orang telah tewas, meskipun pemerintah Sudan mengatakan hanya 10 ribu orang yang tewas. ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Bashir pada 2009 dan 2010, tapi belum pernah diindahkan.
Amnesty International juga menuduh dinas rahasia Sudan menyiksa anggota oposisi, sementara Amerika Serikat mengklaim rezim tersebut telah membiayai terorisme.
Sudan adalah rute utama transit para imigran negara-negara seperti Somalia, Republik Demokratik Kongo, Eritrea, dan Republik Afrika Tengah untuk melarikan diri. Dari sana, mereka akan berjalan ke Libya di mana mereka akan menaiki perahu untuk menyeberang melalui Mediterania ke Eropa.
DAILY MAIL | DER SPIEGEL | YON DEMA
Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Ditusuk Gagang Cangkul: Ini 3 Setan Pemicunya
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu