TEMPO.CO, Jakarta -Pemberangusan simbol-simbol komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang ramai terjadi di Indonesia. Sementara kelompok-kelompok pemberontak berpaham Marxisme dan komunisme masih eksis di sejumlah negara. Mereka melawan rezim penguasa yang dianggap menyuburkan kemiskinan, korupsi, dan penyakit sosial lainnya, meski mereka juga terseret dalam aktivitas kriminalitas. Pemerintah berkuasa berusaha memberangus mereka, memenjarakan para pemberontak, namun ada pemerintah yang kemudian berbalik merangkul mereka.
Berikut sepak terjang kelompok pemberontak kiri (komunis/Marxist) dan perjuangannya di Kolombia, Meksiko, dan Filipina.
Tentara Rakyat Baru (NPA) merupakan angkatan bersenjata kelompok pemberontak sayap kiri dari Partai Komunis Filipina (CPP). NPA yang mendasarkan gerakan mereka pada paham Maoisme, berakar pada Marxisme.
Konflik panjang NPA dengan pemerintah Filipina belum menemukan titik temu. Insiden pertama NPA yang didirikan pada tahun 1969 terjadi pada 1971. Setahun kemudian, Presiden Ferdinand Marcos memberlakukan darurat militer sampai 2002.
NPA selama memberontak menerima banyak bantuan dari luar Filipina. Namun, sejalan waktu kelompok pemberontak ini dipaksa untuk mengandalkan dukungan sumber-sumber lokal. Antara tahun 1969 dan 2008, lebih dari 43.000 orang tercatat tewas akibat pemberontakan.
Dalam laporan Rappler tahun lalu, Adelberto Silva, pemimpin tertinggi kelompok pemberontak NPA ditangkap. Penangkapan menimbulkan pukulan yang cukup kuat bagi kelompok ini.
"Dia adalah perancang keseluruhan gerakan pemberontak di seluruh negeri. Dia yang mendesain kegiatan pemberontak," kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Joselito Kakilala saat itu.
Pemberontakan NPA untuk menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa disebabkan pemerintah dianggap tidak memberikan kesejahteraan kepada mereka. Belakangan aksi NPA mengarah pada teror kepada investor asing dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap berseberang dengan NPA. Tahun 2002, Amerika Serikat menyatakan NPA sebagai organisasi teroris asing.
Presiden Filipina terpilih, Rodrigo Duterte pada pekan lalu berjanji akan membebaskan seluruh tahanan komunis sebagai upaya mengawali perundingan damai guna mengakhiri pemberontakan yang berlangsung bertahun-tahun. Menurut militer Filipina, jumlah pasukan NPA saat ini sekitar 3.200 orang. Jumlah ini berkurang jauh dari sekitar 26.000 orang pada akhir 1980-an.
Kemarin Duterte menawarkan posisi di kabinetnya untuk pendiri CPP Jose Maria Sison, yang memimpin pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Filipina sejak tahun 1960-an. Sison ditawari jadi Menteri Tenaga Kerja, Lingkungan, Reformasi Agraria dan Kesejahteraan Sosial.
Duterte merupakan sahabat Sison, pendiri Partai Komuis Filipina yang saat ini tinggal di pengasingan di Belanda.
RAPPLER.COM | MECHOS DE LAROCHA | YON DEMA