TEMPO.CO, Washington, DC- Pangkalan udara pesawat kepresidenan Amerika Serikat, Air Force One, ditutup selama sekitar satu jam pada Kamis, 12 Mei 2016, setelah seorang wanita mengklaim tubuhnya dipasangi bom.
Kejadian yang berlangsung sekitar pukul 05.15 petang waktu setempat di Pusat Pengawasan Pengunjung Pangkalan Gabungan Andrews (JBA) itu menyebabkan operasi di bandara dihentikan seketika.
Mengutip seorang pejabat Angkatan Udara, ABC News melaporkan bahwa insiden itu melibatkan wanita yang mengaku memiliki bom yang terpasang di dadanya. Namun, setelah diperiksa, tidak ditemukan benda yang dimaksud.
JBA juga membuat laporan terkait dengan insiden tersebut pada halaman Facebook resmi miliknya.
"Seorang wanita masuk ke Pusat Pengawasan Pengunjung di JBA dan mengklaim memakai bom yang diikat di dada. Begitu tim darurat tiba, individu itu ditahan dan skuad bom (EOD) memastikan tidak ada bahan peledak di tempat kejadian," kata sumber di Facebook, seperti dilansir Washington Times pada 12 Mei 2016.
Wanita itu langsung ditahan pihak berwenang dan menunggu proses lebih lanjut. Pemeriksaan berakhir sekitar pukul 06.30 dan situasi darurat kemudian dihentikan serta pangkalan tersebut kemudian dibuka kembali.
Peristiwa itu sendiri tidak berdampak pada pengalihan penerbangan. Selain itu, tidak ada dampak pada lalu lintas di Allentown Road, properti sipil, atau bisnis di dekatnya.
Andrews terletak sekitar 24 kilometer di tenggara Washington, DC, dan merupakan bandara utama yang digunakan presiden, sekretaris negara, serta pejabat lain dan tamu VIP.
WASHINGTON TIMES | ABC NEWS | YON DEMA