TEMPO.CO, Manila - Mereka memanggilnya "Dirty Harry" atau "The Punisher", adapun majalah TIME menyebutnya sebagai pria pengendara motor besar, sebuah kegiatan yang kerap dilakukan sebagai Wali Kota Davao. Warga Davao menjulukinya Digong, sedangkan komunitas radio komunikasi memberinya call sign Charlie Mike, tapi banyak teman-teman dekatnya memberi nama pangggilan singkat, Rody.
Rodrigo Duterte adalah seorang Wali Kota Davao, sebuah wilayah terbesar di Filipina, yang memenangkan pemilihan Presiden Filipina pada Senin, 9 Mei 2016. Selama berkarier di politik, Duterte meraih sukses dengan jabatan penting di Kota Davao, antara lain pernah menjadi Kepala Eksekutif Politik Mindanao 1988-1998, 2001-2010, sebelum diambil alih oleh putrinya, Sara, pada 2010-2013. Belakangan, Sara mengundurkan diri hingga jabatan itu kembali ke Digong.
Hidup Duterte penuh warna, pendidikannya melompat-lompat dari satu sekolah ke sekolah lain. Meskipun ibunya seorang guru, tapi "Si Bengal" ini kerap pindah sekolah karena diusir gurunya.
Baca juga: Jadi Presiden Filipina, Duterte: Tahanan Komunis Dibebaskan
Ketika masih belia, Duterte menempuh pendidikan di Kota Davao tapi dia sering membolos untuk jalan-jalan, sehingga dua kali dikeluarkan dari sekolah. Ayahnya, Vicente Rodrigo, seorang gubernur Davao pada 1950, marah melihat perilaku anaknya sehingga mengungsikannya di sebuah kota kecil, Digos City, sekitar 57 kilometer dari Davao, untuk menempuh pendidikan.
Meskipun dikenal bengal dan temperamental, tapi ada sisi humanis dalam diri Duterte. Jika dia memiliki masalah yang sulit dipecahkan, Duterte suka pergi ke kuburan orang tuanya. Di pusara kuburan tua Kota Davao itu, Duterte berdoa untuk kedua orang tuanya seraya menyampaikan keluh kesahnya.
Dalam laporan Rappler, Duterte memiliki sejumlah rekam jejak kenakalan semasa remaja. Di antaranya adalah ketika berusia 14 tahun, Duterte menerbangkan pesawat kecil di atas rumah tetangganya tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Ketika menginjak dewasa dan lulus dari akademi penerbangan, Duterte menerbangkan sebuah pesawat di atas sekolah lamanya sambil melemparkan bebatuan di atas genting sekolah. "Namun beberapa saat kemudian dia minta maaf ke pengurus sekolah," tulis Rappler.
Meskipun dijuluki pula sebagai "Lelaki Jelek" tapi dia pandai dalam merangkai kalimat. Bahkan teman-teman dekatnya kagum atas berbagai topik buku yang dibacanya termasuk sejarah Filipina, ekonomi, dan politik.
Duterte juga suka membaca biografi orang-orang besar, di antaranya Napolen Bonaparte, Lee Kwan Yew, dan Barack Obama. Kini, pria 71 tahun itu akan dilantik sebagai Presiden Filipina menggantikan Benino Aquino pada 30 Juni 2016.
ASIAN CORRESPONDEN | RAPPLER | CHOIRUL AMINUDDIN