TEMPO.CO, Manila - Wali kota populis, Rodrigo Duterte, mengklaim memenangi pemilihan Presiden Filipina menyusul pengunduran diri para pesaingnya.
Pria berusia 71 tahun dengan julukan "Punisher" itu berjanji bakal memberangus kaum penjahat dan merombak konstitusi negara jika memenangi pemilihan presiden yang digelar pada Senin, 9 Mei 2016, itu.
Hal itu selalu disampaikan Duterte kepada para pendukungnya dalam setiap kampanye. "Saya hanya ingin menangkap para perampok dan membunuhnya," ucapnya dalam kampanye.
Dewan Pastoral Parish untuk Pemilu Bertanggung Jawab (PPCRV) mengatakan, dari 90 persen suara yang masuk ke meja panitia, Duterte telah meraup 39 persen. PPCRV adalah lembaga pemantau pemilu dari gereja Katolik yang mendapat akreditasi dari pemerintah.
Pesaing utama Duterte dari partai berkuasa, Mar Roxas dan Grace Poe, mengakui kekalahannya setelah penghitungan suara menunjukkan wali kota tersebut mendapatkan kemenangan secara gemilang.
"Saya menerima kemenangan ini dengan kerendahan hati," kata Duterte setelah mengikuti hitung cepat.
Wartawan Aljazeera, Marga Ortigas, yang melaporkan dari Manila, mengatakan rakyat Filipina frustrasi selama enam tahun kepemimpinan Presiden Benigno Aquino.
"Pertumbuhan ekonomi Filipina tumbuh pesat selama bertahun-tahun, tapi mereka merasakan tidak ada yang menetes ke bawah. Bahkan Aquino dan pemerintahannya dikritik karena terlalu elitis, impersonal, dan tak bisa disentuh," kata Ortigas.
ALJAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN