TEMPO.CO, Manila - Rodrigo Duterte, calon Presiden Filipina yang dikenal kontroversial, memimpin dalam penghitungan sementara pemilu negeri itu. Seperti dilansir Straits Times pada Senin, 9 Mei 2016, pukul 19.07 waktu setempat, dengan 35 persen suara yang telah dihitung, hasil menunjukkan penghasut anti-kemapanan tersebut memimpin jauh atas para pesaingnya dengan mendapat dukungan 6,2 juta orang.
Senator Rahmat Poe berada di posisi kedua dengan 3,6 juta dukungan. Adapun bekas Menteri Dalam Negeri Mar Roxas di posisi ketiga dengan 3,5 juta suara.
"Saya tidak tahu, apakah saya akan sampai di sana (menjadi presiden). Jika itu adalah takdir saya untuk berada di sana, saya akan menerimanya," kata Duterte menanggapi hasil penghitungan awal tersebut.
Musuhnya, termasuk Presiden Benigno Aquino III, telah memperingatkan bahwa kemenangan Duterte dapat menandai kembalinya pemerintahan diktator di Filipina. Selain Poe dan Roxas, lawan Duterte yang lain adalah Miriam Santiago, 70 tahun, dan Wakil Presiden Jejomar Binay, 73 tahun.
Sementara itu, dalam undi suara wakil presiden, senator Ferdinand Marcos Jr memimpin dengan 5,8 juta orang. Disusul anggota kongres, Leni Robredo, di urutan kedua dengan 5,2 juta suara.
Lebih dari 55 juta pemilih terdaftar untuk mengikuti pemilu Filipina kali ini. Mereka mulai memberi suara sejak pukul 06.00 untuk memilih presiden baru serta lebih dari 18 ribu perwakilan di senat, kongres, dan pemerintah daerah sampai tingkat desa.
Polling ditutup pada pukul 17.00 untuk sebagian besar kabupaten, dan satu jam kemudian untuk beberapa daerah sekitar yang pemungutan suaranya dimulai pukul 09.00. Presiden yang baru akan diumumkan pada Rabu, dan yang lain akan diketahui pada Kamis.
Kekerasan telah dilaporkan dalam pemilu kali ini dan telah menyebabkan korban tewas. Setidaknya sepuluh orang tewas setelah orang-orang bersenjata menyerang tempat pemungutan suara dan kendaraan serta mencuri mesin penghitung suara.
THE STRAITS TIMES | YON DEMA