TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Persaingan politik antara Mahathir Mohamad dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kian meninggi. Ketika Mahathir menjabat Perdana Menteri, dia membangun menara kembar dengan 88 lantai, sehingga menjadi bangunan tertinggi di dunia saat gedung itu diresmikan pada 1998.
Kini, Datuk Seri Najib sepertinya tak mau kalah dengan senior politiknya itu. Dia membangun gedung raksasa berlantai 118. Dengan demikian, gedung pencakar di Kuala Lumpur itu menjadi menara tertinggi di Asia Tenggara saat siap beroperasi pada 2020.
Menurut laporan Straits Times, Selasa, 26 April 2016, proyek pembangunan menara itu menelan duit RM 5 miliar atau sekitar Rp 50,7 triliun, yang diambil dari bantuan Permodalan Nasional Berhad (PNB) dengan ketinggian 630 meter. Adapun Menara Kembar Petronas yang dibangun Mahathir setinggi 452 meter.
Bangunan menjulang itu terletak di sebelah stadion bersejarah Malaysia, Merdeka Stadium, tempat Malaysia memperoleh kemerdekaan dari Inggris yang diumumkan pada 31 Agustus 1957. Karena itu, kata "merdeka" disematkan di nama gedung tersebut dengan nama menara "Merdeka PNB118".
Peresmian pembangunan menara Merdeka PNB118 diluncurkan Najib bulan lalu. Hal ini menolak anggapan bahwa upaya pembangunan tersebut sebagai bentuk permusuhan terhadap mentor politiknya.
Proyek pembangunan ini bersamaan dengan tekanan kuat Mahathir untuk menggulingkan Najib terkait dengan skandal keuangan pada perusahaan perintah 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Sebelumnya, Mahathir mengatakan Menara Kembar yang dibangun tidak ingin terhalang oleh menara baru.
"Saya ingin Menara Kembar sebagai bangunan tertinggi di Malaysia. Pada saatnya, kami tidak menginginkan ada menara lebih tinggi dari itu. Kita harus membangun gedung berlantai 1.000, tapi mungkin sedikit agak telat ketika saya sudah tidak menjabat," kata Mahathir pada 2010, yang pensiun pada Oktober 2003 setelah berkuasa selama 22 tahun.
STRAITS TIMES | CHOIRUL AMINUDDIN