TEMPO.CO, Damaskus - Casih binti Waan, tenaga kerja asal Indonesia yang berhasil diselamatkan dari Kota Deir Ezzor, akan kembali ke Indonesia dalam repatriasi gelombang ke-274 bersama 50 WNI dari Suriah, Senin, 25 April 2016.
Casih keluar dari Kota Deir Ezzor pada Januari 2016 lalu. Namun majikan dan keluarganya tidak selamat. Ketika dievakuasi, Casih belum sempat menerima gajinya selama lima tahun. Komunikasi antara Casih dan majikannya terputus sejak ia berhasil keluar dari kota yang telah dikuasai Daesh atau militan ISIS.
Adkhilni Mudkhola Sidqi, Pejabat Konsuler II merangkap Penerangan dan Sosial Budaya, KBRI Damaskus mengatakan sempat menelusuri keberadaan sang majikan selama berbulan-bulan. Akhirnya diperoleh informasi dari jaringan intelijen Pemerintah Suriah. "Tsair bin Samalut dan keluarganya diberitakan tidak selamat," kata Sidqi, Jumat 22 April 2016
Sidqi mengatakan Tsair bin Samalut ketahuan oleh militan ISIS bekerja sama dengan tentara Suriah dalam menyelamatkan Casih binti Waan keluar dari Kota Deir Ezzor. “Kalau sudah ketahuan bekerja sama dengan tentara Suriah, seseorang dianggap musuh oleh ISIS,” tutur dia.
Lantaran itulah, Casih sangat berharap Pemerintah Indonesia memperhatikan gajinya yang belum dibayarkan selama lima tahun bekerja. Soal gaji, Sidqi menyerahkannya kepada Badan Nasional Penempatan & Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Menurut dia, lembaga tersebut dapat dapat mengeluarkan santunan pengganti gaji kepada Casih sesuai peraturan yang berlaku. "Prioritas KBRI Damaskus adalah menyelamatkan nyawa WNI di Suriah," kata Sidqi.
Adapun Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid mengaku belum mengetahui informasi mengenai Casih. “Belum dapat info saya mbak soal kasus ini," ucap dia. Namun, Nusron berjanji akan memeriksa apakah Casih bersangkutan berangkat secara prosedural atau korban human trafficking. "Sebab Suriah bukan negara tujuan penempatan,” kata Nusron saat dihubungi Tempo, Kamis, 21 April 2016.
Nusron mengatakan Casih akan memperoleh bantuan untuk memperoleh biaya gajinya apabila terbukti korban perdagangan manusia. Tapi tidak ada kompensasi. “Selama ini program kompensasi diambilkan dari klaim asuransi,” kata Nusron. Dia mengakui ada santunan bagi para korban trafficking. “Ada tapi jumlahnya tidak banyak.”
Operasi penyelamatan ini dilakukan KBRI Damaskus bekerja sama dengan pemerintah Suriah. TKW asal Subang Jawa Barat ini dievakuasi menggunakan helikopter tentara Suriah dari Kota Deir Ezzor, sementara majikannya, Tsair bin Samalut tidak diizinkan naik helikopter itu oleh tentara. "Saya sendirian naik helikopter tentara Suriah. Majikan tidak boleh ikut," tutur Casih.
Casih bekerja sejak 2011 dan telah menyelesaikan kontrak kerjanya dari wilayah konflik Deir Ezzor. Namun, perjalanan darat keluar dari kota Deir Ezzor diputus dan dikepung oleh ISIS dan pemberontak lainnya.
Pada 6 Desember 2015, KBRI Damaskus mengirim nota diplomatik kepada pemerintah Suriah agar dapat membantu penjemputan TKI dari Deir Ezzor menggunakan fasilitas militer Suriah.
KBRI Damaskus juga melakukan pendekatan kepada Pemerintah Suriah agar memerintahkan Kepala Kepolisian Suriah Wilayah Timur bekerja sama dengan Komando Militer Deir Ezzor agar mengevakuasi Casih dengan helikopter ke wilayah aman di Kota Hasakah.
Setelah diinapkan selama kurang lebih satu minggu di sebuah hotel di Hasakah, Casih diterbangkan ke Damaskus dengan menggunakan penerbangan swasta Suriah, Cham Wings Air. Casih berada di shelter KBRI Damaskus sejak 14 Januari 2016.
Hingga saat ini, ibukota Provinsi Deir Ezzor merupakan salah satu dari wilayah yang masih dikuasai Pemerintah Suriah di wilayah Timur berbatasan dengan Irak. Sejak perang saudara meletus di Suriah, Deir Ezzor merupakan salah satu wilayah paling parah sekaligus medan perang paling berat antara Angkatan Bersenjata Suriah dengan pemberontak Free Syrian Army (FSA), ISIS, serta Jabhat Al-Nusra.
Sejak tahun 2014, ISIS berhasil menguasai hampir 80 persen wilayah Provinsi Deir Ezzor, sedangkan 20 persen sisanya dikuasai Pemerintah Suriah, yakni di wilayah sekitar Pangkalan Militer dan kota Deir Ezzor. Pada Mei 2015, militan ISIS memotong jalur pasokan yang masih tersisa untuk kota Deir Ezzor. Sejak kota ini dikepung oleh ISIS, maka kebutuhan penduduknya hanya dapat dipasok melalui udara dengan menggunakan helikopter.
Kelompok ISIS terus berusaha untuk menghentikan pasokan dengan menyerang Pangkalan Udara Deir Ezzor. Tapi upaya tersebut digagalkan oleh pasukan elit Pemerintah, Republican Guards of the 104th Airborne Brigade.
NATALIA SANTI