TEMPO.CO, Lima - Belum lama ini kita menyaksikan perjuangan ibu-ibu asal pegunungan Kendeng, Jawa Tengah menyemen kaki mereka di depan Istana Presiden. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes atas kehadiran pabrik semen yang dianggap merusak alam dan kehidupan mereka.
Di belahan bumi lain, di sebuah negara bernama Peru, terdapat pula seorang ibu, Maxima Acuña, yang memperjuangkan tanahnya dari keserakahan dan ketamakan perusahaan -perusahaan besar.
Acuña tidak muncul seperti aktivis kebanyakan. Wanita ini tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Ia bahkan tidak bisa membaca dan menulis, dan tidak pernah bergabung dengan organisasi apapun. Namun, petani berusia 47 tahun itu telah berhasil menolak proyek pertambangan multinasional terbesar di Peru selama lima tahun terakhir.
Pada Senin, 18 April 2016, ia menjadi salah satu dari enam penerima Goldman Environmental Prize, penghargaan untuk menghormati pejuang lingkungan hidup di dunia.
"Perjuangan kami dimulai pada 2011, ketika tambang Yanacocha mulai menyerang kami," kata Acuña, seperti dikutip dari The Daily Beast. Ia menggambarkan bagaimana proyek tambang, yang dijalankan oleh Newmont Mining Corporation yang berbasis di Colorado dan Yanacocha, anak perusahaan Newmont di Peru, mengganggu kehidupan pertaniannya yang tenang.
Sebelum pertambangan besar itu datang ke wilayahnya di Catamarca, Acuña mengisahkan menghabiskan hari-harinya merawat hewan, bercocok tanam, serta membuat karya seni dan kerajinan untuk penghasilan tambahan.
"Mereka ingin mengambil tanah kami dengan paksa sehingga mereka bisa membawa mesin mereka untuk mengekstrak emas dan membawanya kembali ke negara mereka," lanjutnya.
Hampir 50 persen wilayah Catamarca telah disiapkan untuk proyek pertambangan. Pada 2011, Pemerintah Peru menandatangani surat penyerahan bidang tanah di Catamarca seluas 7.400 hektar ke Newmont Mining Corporation untuk mengerjakan proyek tambang emas dan tembaga sebesar US$ 5 miliar.
Namun, proyek yang harus menguras empat danau di kawasan itu, mendapat perlawanan masyarakat setempat. Bentrokan pun terjadi menyebabkan pemerintah menyatakan keadaan darurat, menghentikan sementara proyek tersebut.
Ini adalah saat di mana Maxima Acuña terlibat . Peternakan keluarganya, tempat di mana ia hidup bersama suami dan anak-anaknya selama lebih dari 20 tahun, sangat dibutuhkan Newmont, akses penting ke salah satu danau.
Acuña menolak menjual tanahnya. Anak perusahaan Peru Newmont, Yanacocha, menggugat Acuña dan keluarganya dengan tuduhan mereka secara ilegal menduduki tanah mereka sendiri. Acuña menantang gugatan dan menang di pengadilan.
Sejak saat itulah ia mengatakan kontraktor keamanan swasta (yang menyamar sebagai polisi setempat) mulai secara terbuka mengancam dirinya, menduduki tanah, lalu merampok rumahnya, memukuli dia dan keluarganya dalam serangkaian upaya penggusuran. Serangan terakhir, termasuk pemukulan yang membuat ia dan putrinya yang pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Kami telah menghadapi serangan ini selama bertahun-tahun," kata Acuña. "Dan mengalami kerusakan material serta psikologis."
Kembali ke Peru setelah menerima penghargaan itu di Amerika Serikat, Acuña masih bersiap untuk melanjutkan pertempuran mempertahankan tanahnya.
"Aku tidak akan pernah berlutut di depan Yanacocha," kata Acuña pada acara penyerahan pengharagaan itu, Senin, 18 April 2016. "Saya tidak akan pernah menyerah."
THE DAILY BEAST | MECHOS DE LAROCHA