TEMPO.CO, Kota Bharu - Sejumlah siswa dan staf sekolah menengah di beberapa sekolah di Kota Bharu, Ibu Kota negara bagian Kelantan Malaysia telah diserang kesurupan selama seminggu terakhir.
Penyakit misterius tersebut, sebagaimana dikutip dari laman Asian Correspondent, pertama kali muncul Senin lalu, 11 April 2016 menyerang 10 siswa dan seorang guru di salah satu sekolah.
Penyakit kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah, menyerang lebih dari 50 siswa perempuan dan beberapa guru, mengganggu jalannya aktifitas belajar. Para pelajar berkeliaran di sekitar sekolah. Beberapa di antaranya mengaku melihat "makhluk gaib aneh."
Puncak serangan terjadi pada Rabu, ketika lebih dari 100 siswa, laki-laki dan perempuan, serta guru, terkena serangan, memaksa pejabat sekolah untuk menutup sekolah dari Kamis sampai Sabtu, 14-16 April 2016 menghindari lebih banyak siswa dari serangan kesurupan.
Departemen pendidikan negara telah mengirim beberapa ustad ke sekolah untuk membacakan ayat-ayat Alquran dan melakukan salat bersama siswa. Seorang dukun Cina dari Perak, bersama dengan timnya, juga dipanggil untuk memberikan bantuan.
Namun, upaya terbukti tidak berhasil, karena pada Minggu, awak pers yang dilarang mengakses sekolah bisa mendengar jeritan dan teriakan dari dalam kompleks sekolah.
Akhirnya, pada Senin, 18 April 2016, tiga sekolah lain, terletak sekitar 10 km dari sekolah yang pertama diserang kesurupan, melaporkan insiden jika lebih dari 30 siswa mereka juga telah mengalami kerasukan.
Ketika dimintai komentar tentang hal itu, pejabat departemen pendidikan negara mengatakan bahwa itu adalah masalah internal dan menolak berkomentar lebih lanjut.
Seorang ahli obat tradisional setempat, Wiru Sankala, mengatakan bahwa cuaca panas dan tekanan emosi, serta laporan secara luas tentang apa yang telah terjadi, bisa menjadi penyebab kesurupan menyebar ke sekolah-sekolah lain.
Di Malaysia, kerasukan massal tampaknya menjadi fenomena psikologis yang cukup umum, biasanya terjadi pada gadis remaja, terutama mereka di pesantren.
Pada Mei 2015 lalu, sebuah universitas lokal mengumumkan pembuatan kotak anti kerasukan, mengklaim itu dapat mencegah "roh-roh jahat". Universitas menjual kotak - beserta barang kebutuhan sehari-hari seperti garam, cuka, lada hitam, kapur, sumpit dan asam format - dengan harga US $ 2.224 atau Rp 29, 3 juta.
Di media sosial, netizen Malaysia bercanda mempertanyakan mengapa mengapa kotak tersebut belum digunakan untuk membantu memecahkan masalah kesurupan di sekolah.
ASIAN CORRESPONDENT | MECHOS DE LAROCHA