TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memastikan ikut serta dalam pameran International Expo 2017 di Astana, Kazakhstan. Pameran tersebut akan berlangsung selama tiga bulan mulai 10 Juni – 10 September 2016.
Kontrak partisipasi telah diteken Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, dengan Rapil Zhoshybayev, Komisioner International Expo 2017 di Jakarta, Jumat, 15 April 2016.
“Indonesia adalah salah satu negara yang penting dan bersahabat di kawasan bagi Kazakhstan. Hubungan kedua negara terus meningkat dan kami berharap Expo 2017 bisa menjadi platform untuk peningkatan hubungan bilateral, khususnya hubungan perdagangan,” kata Zhoshybayev dalam konferensi pers usai penandatanganan.
“Kami sekarang sedang mengupayakan bebas visa bagi rakyat Indonesia dan penerbangan langsung antar kedua Ibukota agar lebih banyak lagi warga Indonesia berkunjung ke Kazakhstan,” kata Zhoshybayev.
International Expo 2017 merupakan perhelatan internasional diselenggarakan oleh Bureau International des Expositions (BIE). Pada 2005 pameran digelar di Jepang, 2008 di Spanyol, 2010 di Shanghai, 2012 di Korea Selatan, 2015 di Milan, dan pada 2017 Astana, Kazakhstan terpilih sebagai penyelenggara.
Astana terpilih sesuai dengan tema dari pameran yakni Future Energy, atau energi masa depan. Kota Astana merupakan ibukota termuda di dunia dengan rata-rata usia penduduknya 33 tahun. Astana menjadi ibukota Kazakhstan sejak 1998. Sebelumnya, ibukotanya terletak di Almaty.
Adapun Indonesia dapat menjadikanp ameran itu sebagai wadah potensial untuk mengembangkan salah satu visi dan kebijakan nasional untuk mengembangkan energi bersih yang layak bagi masyarakat. “Selaras dengan salah satu tujuan utama penyelenggaraan International Expo 2017, memajukan penggunaan energi terbaik bagi pembangunan berkelanjutan, maka partisipasi Indonesia akan memberikan manfaat bagi negara kita yang saat ini sedang fokus pada pengembangan energi bersih,” kata Rida.
Dia menambahkan partisipasi Indonesia tidak hanya dalam bidang energi, tapi juga mempromosikan perkembangan pariwisata, menarik investor asing, memperluas kerja sama bilateral dan multilateral dan memperkenalkan Indonesia pada masyarakat internasional.
Zhoshybayev menyatakan pengembangan energi terbarukan sesuai dengan keinginan Kazakhstan untuk tidak tergantung pada minyak dan gas. Harga minyak dunia yang turun saat ini membuat Kazakhstan mengurangi ekspor. Sebagai negara penghasil uranium keempat terbesar di dunia, Kazakhstan juga berencana membangun dua pembangkit listrik tenaga nuklir. Selain itu, mereka juga mengembangkan energi sinar matahari dan angin.
“Pada 2050, Kazakhstan akan mengurangi 50 persen konsumsi energi fosil dan menjadi ekonomi hijau,” kata Zhoshybayev.
NATALIA SANTI