TEMPO.CO, Brasilia - Presiden Brasil Dilma Rousseff ditinggalkan oleh rekan partai koalisi mejelang sidang parlemen membahas kemungkinan pemakzulan dari kursi kekuasaan.
Partai Progresif dari sayap kanan mengumumkan partainya akan meninggalkan pemerintahan. "Sebanyak 47 politisi partai akan meninggalkan pemerintahan Rousseff pada pemungutan suara parlemen yang rencananya digelar Ahad, 17 April 2016," kata Ciro Noguiera, pemimpin Partai Progresif, Selasa 12 April 2016.
Majelis Rendah parlemen dijadwalkan mengadakan pemungutan suara untuk memulai proses pemakzulan Rousseff dari jabatan presiden. Majelis membutuhkan dua pertiga suara mayoritas untuk mengajukan usulan pamakzulan. Jika mendapatkan dukungan mayoritas, hasilnya akan diajukan ke Majelis Tinggi selanjutnya harus mendapatkan persetujuan Senat.
Partai Republik Brasil yang sebelumnya meninggalkan koalisi Rousseff, mengatakan, 22 anggota parlemen juga akan melakukan perlawanan terhadap presiden yang menjadi anggota Partai Pekerja.
Pada Maret 2016, Rousseff kehilangan dukungan partai koalisi, Partai Gerakan Demokratik Brasil. Rousseff menuding wakil presidennya sebagai seorang pengkhianat seraya mengatakan bahwa dia konspirator kudeta dengan cara menggunakan proses pemakzulan untuk menjatuhkan dirinya dari pemerintahan.
"Jika ada rencana kudeta terhadap diri saya, tidak akan terjadi sekarang. Perencana kudeta pasti memiliki seorang pemimpin dan wakil," katanya dalam sebuah pidato untuk menyerang wakilnya.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN