TEMPO.CO, Washington - Sedikitnya dua pertiga penduduk Amerika Serikat sependapat bahwa penyiksaan dapat dibenarkan terhadap orang-orang merencanakan serangan teror. Kesimpulan itu adalah hasil survei yang dirilis pada Rabu, 30 Maret 2016.
Pada 22-28 Maret 2016, kantor berita Reuters/Ipsos mengadakan jajak pendapat dengan bertanya kepada para responden, apakah penyiksaan dapat dibenarkan terhadap tersangka teroris untuk mengorek informasi mengenai terorisme.
Sekitar 25 persen mengatakan, penyiksaan dibenarkan, sementara 38 persen lainnya "kadang-kadang" boleh. Hanya 15 persen menjawab bahwa penyiksaan tidak boleh digunakan untuk mendapatkan informasi dari tersangka.
Jawaban jajak pendapat itu sebagai refleksi warga Amerika setelah terjadi pembunuhan massal terhadap 14 orang di San Bernardino pada Desember 2015 serta serangan mematikan di Prancis, November 2015. Termasuk serangan bom bunuh diri yang diklaim dilakukan ISIS, yang menewaskan sedikitnya 32 orang di Belgia.
Donald Trump, calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, terang-terangan mengatakan saat berkampanye bahwa para tersangka terorisme harus disiksa. Oleh karena itu, Trump bekerja keras mencari dukungan untuk membatalkan kebijakan Presiden Barack Obama mengenai teknik interogasi dengan kekerasan. "Saya bersumpah akan menyeret kaum terorisme ke dalam neraka," kata Trump dalam kampanye.
Pernyataan Trump di depan publik itu mendapatkan reaksi keras dari berbagai lembaga hak asasi manusia di seluruh dunia, badan-badan dunia, dan rival politiknya. Namun demikian, jajak pendapat tersebut telah menemukan fakta bahwa banyak warga Amerika sependapat dengan pernyataan pengusaha kaya tersebut, meskipun mereka tidak menyebutkan secara jelas bentuk siksaan yang ditimpakan kepada tersangka teroris.
"Masyarakat sekarang ini sedang menghadapi emosi negatif," kata Elizabeth Zechmeister, dari Universitas Vanderbilt University yang pernah mempelajari hubungan antara ancaman serangan dan pendapat publik.
Dua pertiga responden juga menyatakan serangan terhadap wilayah Amerika akan berlangsung pada enam bulan mendatang.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN