TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Pertama Penerangan Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussels, Belgia, Devdy Risa mengatakan KBRI tak bisa memberi keterangan lengkap terkait 3 korban warga negara Indonesia pascateror bom di Brussels, Belgia, 22 Maret 2016 lalu.
“Ini untuk menghormati privasi dan permintaan keluarga yang bersangkutan. Soal korban, yang bisa kami sampaikan adalah mereka masih dirawat,” ujar Devdy saat dihubungi Tempo, Minggu, 27 Maret 2016.
Devdy menyampaikan KBRI Brussels masih intensif berkomunikasi dengan otoritas Belgia setelah teror tersebut. “Sejauh ini kami belum mendapat lagi informasi soal WNI yang menjadi korban. Tentu mudah-mudahan tidak ada lagi,” kata dia.
Devdy sempat mengatakan KBRI tak henti memantau informasi dari berbagai jalur crisis center di Belgia. “KBRI terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Belgia, sejumlah rumah sakit militer yang menjadi pusat database korban, organisasi kemasyarakatan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belgia,” ujarnya, Jumat, 25 Maret 2016. “Kami juga menghubungi banyak ‘contact persons’ KBRI yang tinggal di berbagai kota di Belgia.”
Dari data KBRI Brussels, Devdy menyampaikan terdapat lebih dari 250 orang yang terluka akibat serangan bom yang terjadi di Bandara Zaventem dan stasiun kereta Metro, Brussels tersebut. KBRI memantau lebih dari 25 rumah sakit yang tersebar di Belgia, untuk mengantisipasi kemungkinan adanya korban WNI.
Hasil pantauan tersebut, KBRI menemukan adanya 3 korban WNI yang terdiri dari seorang wanita dan dua anaknya yang dirawat di RS Leuven, Brussels. Pemerintah Belgia, tutur Devdy, hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai daftar nama korban bom yang terjadi di Bandara Zaventem dan stasiun kereta Metro di Brussels.
“Tapi perkembangan bisa dipantau di website lokal crisiscentrum.be.”
KBRI Brussel dapat dihubungi melalui hotline (aktif 24 jam): +32 (0) 478957214 atau +32 (0) 478405728.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun sempat menyampaikan duta besar Indonesia di Brussels sudah menemui keluarga korban WNI tersebut untuk menawarkan bantuan. "Sejak awal kami berkoordinasi. Kami datangi rumah sakit untuk mencari adakah korban (WNI)," ucapnya di kantor Kemlu, Jakarta, Kamis, 24 Maret 2016.
Sejauh ini, kata Retno, baru 2 dari 3 korban WNI yang sudah dikenali. Ketiganya adalah ibu dan dua anaknya, yaitu Meilissa Aster Ilona (ibu), Lucie Vansilliette, dan Philippe Vansilliette. “Informasi tersebut masih bersifat sementara, akan kami pantau terus,” ucapnya.
YOHANES PASKALIS