TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry menggelar rapat intensif dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Kamis, 24 Maret 2016.
Pertemuan yang digelar tertutup di Kremlin, Moskow, itu mengagendakan diskusi pembahasan menyikapi konflik Rusia-Ukraina dan gencatan senjata di Suriah.
Kerry berujar, dalam pembicaraan tersebut, dibahas pula komitmen kedua negara untuk nasib politik Presiden Suriah Bashar al-Assad. “Kami setuju menjadwalkan transisi politik dan konstitusi baru pada Agustus mendatang,” ujarnya, seperti dilansir Financial Times, Jumat, 25 Maret 2016.
Kerry berharap pertemuan tersebut bersifat konstruktif dan memberi jalan bagi Suriah. Hasil pertemuan itu juga diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia. Terbukti, keduanya dapat memecahkan masalah serius bersama.
Keberhasilan gencatan senjata di Suriah pun diawali dari kesepakatan kedua negara, sehingga Suriah menjadi lebih damai dan terbuka menerima bantuan kemanusiaan dari negara lain. Hal positif yang didapat, jumlah korban akibat konflik berkepanjangan itu dapat diredam dan berkurang signifikan.
Terlebih, Rusia juga membuat keputusan penting, yaitu menarik pasukan tempurnya dari Suriah. Tak hanya membahas Suriah, pertemuan itu juga membahas mengenai pergerakan kelompok separatis Ukraina.
Terdapat perbedaan pendapat antara Amerika Serikat dan Rusia dalam menyikapi gerakan kelompok separatis Ukraina. Perbedaan itu terjadi ketika Amerika ingin anggota parlemen Kiev, Nadiya Savchenko, dibebaskan. Namun Rusia justru ingin memenjarakannya.
FINANCIAL TIMES | BELFAST TELEGRAPH | GHOIDA RAHMAH