TEMPO.CO, Phnom Penh - Dua tokoh berpengaruh di Kamboja rebutan pengaruh di Facebook. Hingga keduanya saling bersitegang. Berawal ketika Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, 63 tahun, mulai tertarik dengan Facebook.
Hun Sen hampir setiap hari bersemangat memposting kegiatannya ke Facebook. Akun Facebook Hun Sen yang dibuka sejak September lalu telah mendapatkan 3,2 juta "Likes".
Alhasil, Facebook pun menjadi sosial media yang paling cepat berkembang dan populer di Kamboja.
Kegemaran Hun Sen menggunakan Facebook menarik perhatian pemimpin oposisi Kamboja di pengasingan, Sam Rainsy. Menurut Rainsy, Hun Sen telah membeli "Likes" di akun Facebooknya dengan cara mempekerjakan warga asing untuk meningkatkan popularitas akunnya.
Rainsy juga aktif menggunakan Facebook. Akunnya mendapat hampir 2,3 juta "Likes" dan sebagian besar pengunjung akunnya berasal dari dalam negeri.
Sebelumnya, surat kabar berbahasa Inggris yang terbit di Kamboja, Phnom Penh Post memberitakan bahwa hampir setengah dari "Likes" di akun Facebook milik Hun Sen datang dari akun yang berbasis di luar negeri terutama dari India.
Hun Sen lantas membantah tuduhan itu ketika berbicara pada upacara wisuda universitas di Phnom Penh pada hari Kamis, 17 Maret 2016. "Saya tidak tahu dari mana 'Likes' itu datang," kata Hun Sen sambil menyebut Rainsy sebagai orang yang tidak bisa menerima kekalahan, seperti dilansir BBC pada 18 Maret 2016.
Facebook melarang praktek membeli "Likes" dan melakukan pembersihan berkala terhadap akun palsu. Namun memang ada bisnis yang dijuluki peternakan klik yang menyediakan jasa pembelian "Likes". Cukup membayar sejumlah uang untuk membuat akun palsu demi menyukai postingannya.
Selebriti, politisi dan bahkan seorang menteri pemerintah Inggris pernah dituduh melakukan hal seperti yang dituding Rainsy ke Hun Sen.
BBC|YON DEMA