TEMPO.CO, Beijing - Kemunculan Donald Trump dalam kancah politik Amerika Serikat mendapat perhatian Cina, terutama pers negara itu yang memanfaatkan momen pemilihan Presiden Amerika untuk menyudutkan demokrasi.
Sebagaimana dikutip dari laman Guardian, Kamis, 17 Maret 2016, media-media Cina menulis di halaman depan tentang kritik terhadap demokrasi. Media Negeri Tirai Bambu itu menyatakan sistem demokrasi telah mengizinkan individu rasis seperti Trump menjadi calon kandidat Presiden Amerika.
"Munculnya rasisme di politik Amerika mengkhawatirkan seluruh dunia," tulis Global Times, media di bawah kontrol pemerintah Cina, menyusul kemenangan Trump dalam pemilihan pendahuluan terbaru.
"Dia (Trump) bahkan telah disebut sebagai Benito Mussolini atau Adolf Hitler baru oleh beberapa media Barat. Mussolini dan Hitler berkuasa melalui pemilu, pelajaran berat bagi demokrasi Barat."
Trump, atau "Chuanpu"—media menyebutnya di Cina—telah dijadikan simbol oleh media dan pemerintah Cina untuk meyakinkan 1,4 miliar warga Cina bahwa demokrasi menuju kekacauan dan kehancuran.
"Mereka menikmati momen ini," kata Zhou Fengsuo, seorang aktivis demokrasi berbasis di Amerika yang melarikan diri dari Cina. "Mereka sangat senang. Mereka tertawa."
Bagi mereka, ujar Fengsuo, Trump adalah karakter yang tepat untuk menunjukkan kekurangan dari sistem demokrasi bahwa orang seperti Trump bisa menjadi presiden. "Sungguh sulit dipercaya. Beijing pasti sombong atas ini."
Nick Bisley, profesor hubungan internasional dan direktur eksekutif dari La Trobe Asia, juga menegaskan kemunculan politikus seperti Trump telah memberi amunisi sempurna untuk para penguasa Cina yang berpendapat demokrasi itu buruk untuk dunia.
THE GUARDIAN | MECHOS DE LAROCHA